CILEGON, BANTEN – Minggu pagi, 8 Juni 2025, jam 08.00 WIB, jalanan Cilegon tidak hanya penuh kendaraan—tapi juga penuh semangat, derap sepatu, dan harapan muda-mudi berbaju seragam rapi nan kinclong. Kirab Latsitarda Nusantara ke-45 resmi digelar. Acara tahunan ini bukan sembarang pawai, tapi pawai nasionalisme berkedok panas-panasan yang, percaya atau tidak, penuh makna dan kadang juga… penuh drama jalanan.
—
Taruna Jalan, Rakyat Nonton, Polisi Keringetan
Kirab dimulai dari Kantor Walikota Cilegon. Taruna dan taruni dari berbagai akademi militer dan kepolisian tumpah ruah bersama rakyat. Dengan tema “Semangat Kebangsaan dan Kolaborasi”, mereka tidak hanya membawa bendera dan formasi—tapi juga membawa harapan bahwa negeri ini masih bisa kompak meski beda jurusan.
Tapi seperti biasa, Gareng yang turun langsung ke lapangan menangkap suara-suara rakyat yang tidak terdengar di mic upacara:
> “Mas, ini bangga lho lihat anak muda baris-berbaris gitu… meskipun saya tadi muter 3 jam cari jalan pulang ke rumah,” kata Pakde Isro, warga yang akhirnya mengalah parkir di warung kopi.
—
Semangat Kebangsaan atau Konten TikTok-an?
Sepanjang kirab, taruna tampil gagah. Tapi tak kalah sibuk, para warga dan remaja juga tampil gesit—merekam tiap langkah parade dengan gaya live report ala selebgram.
Ada yang zoom-in ke pasukan drum band, ada yang selfie sambil pegang bendera kecil, dan ada yang nyeletuk:
> “Kirab ini keren, bro… vibes-nya kayak konser, tapi tanpa tiket!”
Gareng terharu. Ini namanya nasionalisme era digital.
Pancasila disebar pakai filter aesthetic dan caption:
“Baris demi negeri 🇮🇩 #LatsitardaVibes #CilegonMerdeka”
—
Kolaborasi yang Beneran Ada atau Cuma di Baliho?
Tema acara ini: Semangat Kebangsaan dan Kolaborasi.
Sungguh mulia. Tapi Gareng pengin nanya halus:
Kolaborasi ini cuma antar taruna, atau rakyat juga diajak mikir bareng?
Jangan sampai semangatnya cuma muncul saat parade, tapi hilang waktu rakyat ngurus surat tanah malah disuruh balik 3x. Jangan-jangan kolaborasi hanya berlangsung waktu pawai, bukan saat negara butuh otak sehat dan hati ikhlas.
Gareng usul: kirab semangat kebangsaan tahun depan digelar di Kantor Pajak. Biar semangatnya makin terasa:
> Bersatu kita setor, bercerai kita audit.
—
Dari Latsitarda ke Hati Warga
Tapi jangan salah. Latsitarda ini bukan sekadar parade. Di balik baris-berbaris itu, ada latihan fisik, pengabdian masyarakat, karya bakti, sampai edukasi lingkungan. Para taruna ini bukan hanya bisa hormat dan lari pagi, mereka juga turun ke desa, bersihin selokan, ngobrol sama warga, dan—yang penting—belajar jadi pemimpin dari rakyat.
Kalau ada yang nyinyir, “Ah, taruna itu cuma pamer seragam…”
Gareng jawab: lebih baik pamer disiplin daripada pamer korupsi.
—
Penutup dari Pinggir Trotoar
Kirab Latsitarda ke-45 di Cilegon ini bukan cuma soal barisan rapi. Ini soal harapan bahwa generasi muda bisa lebih waras dari pendahulunya. Bahwa Indonesia tidak hanya dihidupi oleh pidato, tapi juga oleh derap langkah kaki yang sungguh-sungguh mencintai tanah ini.
Dan kalau ada yang bilang “ah, acara kayak gini cuma seremonial,”
Petruk mau bilang:
“Lebih baik seremonial nasionalis, daripada pesta korupsi berjamaah!”
—
#Latsitarda45
#CilegonMajuBareng
#JalanMacetDemiBangsa
#TarunaGantengNegaraTenang