Gading Serpong, Banten – Di tengah riuhnya Gading Serpong yang terkenal dengan kemacetan dan aroma kopi artisan, PT. Jasa Raharja kembali unjuk gigi dalam agenda kebanggaan bangsa: rapat konsinyering. Bukan sekadar ngumpul-ngumpul, rapat yang digelar pada 22 November 2024 ini melibatkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian RI, yang tentu saja membuat acara ini penuh nuansa “resmi-serius-dan-agak-tegang”.
Yang hadir? Oh, jangan ditanya. Kepala Cabang PT. Jasa Raharja Cabang Utama DKI Jakarta, Radito Risangadi, tampak memimpin dengan laporan yang rapi dan mungkin diselipi sedikit metafora tentang pesawat. Ada juga Soleh, Kepala Urusan Iuran Wajib, yang dikenal lihai menyulap angka menjadi data penting. Dari pihak Kementerian, Direktur Angkutan Udara, Agustinus Budi Hartono, hadir memberi tanggapan penuh kebijaksanaan, ditemani Kasubdit SILAU Supriyatno.
Agenda Utama: Data Penumpang atau Penumpang Data?
Dalam rapat ini, Radito Risangadi memaparkan hasil rekonsiliasi data penumpang pesawat semester pertama 2024. Data ini bukan hanya soal statistik, tapi juga nyawa perlindungan penumpang di udara. “Kami terus memantau Iuran Wajib agar semakin baik,” ujarnya dengan semangat.
Namun, di balik angka-angka itu, masyarakat hanya berharap: semoga tak ada lagi klaim yang dipersulit, atau data yang tiba-tiba “menghilang” di balik meja rapat.
Saran, Kritik, dan Basa-basi?
Agustinus Budi Hartono, sang Direktur Angkutan Udara, memberikan tanggapan bijak. Ia menyelipkan beberapa saran yang (semoga) lebih dari sekadar pengulangan materi rapat sebelumnya. Beliau juga didampingi Kasubdit SILAU Supriyatno—nama yang terasa agak kontradiktif mengingat transparansi data justru yang diinginkan publik.
Pertemuan ini diklaim sebagai langkah besar untuk meningkatkan sinergi antara dua lembaga penting. Tapi, publik mungkin bertanya: apakah rapat ini lebih banyak membahas substansi atau sekadar upaya “jalan-jalan dinas” dengan kopi dan croissant di sela acara?
Cita-cita Langit: Perlindungan Nyata atau Formalitas?
Konon, rapat seperti ini bertujuan mulia: melindungi penumpang udara Indonesia. Tapi di balik formalitas yang sering melelahkan, masyarakat hanya berharap agar perlindungan benar-benar terasa nyata. Jangan sampai data hanya sekadar angka di layar presentasi, sementara klaim terlunta-lunta di meja birokrasi.
Karena di langit yang biru, kita semua ingin terbang dengan rasa aman. Tapi di darat, kita butuh lembaga yang benar-benar memperjuangkan keselamatan kita.
Akhir kata, semoga rapat konsinyering ini menghasilkan lebih dari sekadar laporan tebal di meja. Karena, seperti kata Gareng kepada Petruk, “Yang penting itu hasil, bukan sekadar acara formalitas!”