JEMBER, garengpetruk.com –
Wuuuh, rameee! Bukan demo, bukan konser dangdut, tapi Apel Kesiagaan Nasional Satpol PP, Damkar, dan Linmas se-Kabupaten Jember dalam rangka HUT ke-75 di Alun-Alun. Ulang tahun ke-75 lho, bukan ulang tahun bocil yang dirayain pakai balon dan kue. Ini ulang tahun yang dirayakan dengan barisan, drumband, dan ide-ide yang kadang bikin kening mengernyit sambil senyum tipis.
Bupati Jember, Gus Fawait, hadir langsung dan memimpin apel dengan gagahnya. Bahkan, sempat kelepasan ide:
> “Gimana kalau kita bikin drumband event sebesar JFC?”
Wah, ide brilian atau sekadar gegas sambil terpukau sama tiupan trompet dan gebukan bass drum? Nanti dulu, Gus. Jangan sampe drumband jadi lebih sering tampil daripada penegakan perda!
Satpol PP: 448 Personil, Damkar 75, Semangat 500+++
Total kekuatan Satpol PP Jember lebih dari 500 personil, katanya sih cukup. Tapi kata Kepala Satpol PP, Pak Bambang, ya bisa ditambah juga sih sebenernya. Damkar sendiri hanya punya 5 armada buat 2,6 juta penduduk.
Lah, ini padat penduduk atau padat tantangan, Pak?
Cuma ada 4 posko Damkar di seluruh Jember. Idealnya sih satu kecamatan satu. Tapi kan kadang yang ideal itu hanya hidup di seminar dan proposal. Mobil Damkar-nya katanya masih layak, walau sudah tua. Kayak cinta yang setia tapi susah diajak move on.
PKL: Penjual Kecil, Larangan Besar
Nah, ini bagian yang bikin netizen biasanya auto rame. PKL alias Pedagang Kaki Lima, yang biasa jadi penyelamat saat kita laper tengah malam, sekarang harus minggir dari Alun-Alun.
“Bikin kotor dan tidak tertib,” kata Satpol PP.
Hmmm… kalo boleh jujur, yang bikin kotor bukan PKL doang. Kadang sampah hati dan ego pejabat juga bikin ruang publik terasa bau-bau nepotisme.
Satpol PP udah siagakan 4 regu, masing-masing 10 personil, buat menghalau PKL yang “nakal” masuk Alun-Alun pasca renovasi. Tapi rakyat kecil memang sering dikasih batas lebih dulu daripada diberikan tempat.
Jadi pertanyaannya, gimana caranya merayakan ketertiban tanpa menindas keberlangsungan ekonomi? Jangan sampe kita sibuk menertibkan tenda biru PKL, tapi lupa menertibkan yang ngemplang proyek.
Lindungi Petugas, Jangan Cuma Tegas ke Warga
Di sisi lain, Gus Fawait ngusulin perlindungan BPJS Ketenagakerjaan untuk personil Satpol PP. Bagus dong, biar mereka nggak cuma disuruh galak di lapangan, tapi juga dapet jaminan kalau jatuh pas kejar-kejaran sama pelanggar.
Karena jujur aja, Satpol PP itu kadang jadi semacam superhero tanpa jubah. Sering dimaki, jarang dipuji. Kalo gagal: dihujat. Kalo berhasil: dianggap wajar. Padahal, mereka juga manusia, bukan tokoh sinetron yang tahan mental tiap episode.
Pesan Satir ala Gareng Petruk:
Ultah Satpol PP ke-75 ini mestinya bukan sekadar nostalgia dan gebukan drumband, tapi refleksi:
Apa yang sudah benar-benar ditegakkan?
Apa yang sekadar basa-basi penegakan?
Dan kenapa yang ditertibkan cuma rakyat kecil, sementara pelanggar besar malah diajak coffe morning?
Semoga di usia 75 tahun ini, Satpol PP makin sat-set bukan cuma soal tindak, tapi juga soal hati. Karena dalam dunia penertiban, yang paling sulit bukan mengusir PKL, tapi mengusir ketidakadilan yang sudah terlanjur duduk manis di kursi kekuasaan.
Sekian laporan dari lapangan,
Gareng gendong pentungan (mainan), Petruk jualan cilok depan pendopo.
- Jangan lupa, tertib boleh, tapi jangan sampe hilang akal sehat dan rasa empati!