ROKAN HULU – Hari Kamis yang seharusnya damai dan penuh aroma sambal goreng, mendadak berubah jadi drama oven level dewa. Sebuah rumah warga di Desa Tandun, Kecamatan Tandun, mendadak berubah fungsi: dari tempat tinggal menjadi tungku raksasa. Api melalap habis bangunan milik Pak Susilo (53), yang kini cuma bisa pasrah memandangi abu kenangan.
“Ndak sempat nyelametin apa-apa, Mas… bahkan setrika yang biasanya nganggur pun ikut ludes,” ujar Pak Susilo dengan tatapan kosong lebih kelam dari arang sisa dapur.
—
Kompor Jadi Tersangka Utama
Penyebab kebakaran? Diduga berasal dari kompor gas yang sedang nge-gas ketika Bu Sutri Yanti, istri Pak Susilo, meninggalkan dapur sebentar untuk jemur baju. Tapi siapa sangka, saat balik ke dapur, bukan cucian yang kering, tapi dapur yang nyaris jadi lautan api.
“Awalnya cuma bau gosong, kukira tetangga lagi bakar sampah. Eh ternyata rumah sendiri yang nyala,” ujar Bu Sutri sambil mengipas-ngipas wajah pakai sandal.
—
Warga Jadi Pemadam Dadakan
Teriakan minta tolong menggema, bukan karena rebutan sembako, tapi karena api sudah mulai naik daun. Pak Sriyono dan Bu Warsini, yang sedang asyik nonton sinetron, langsung berubah jadi firefighter instan. Ember, gayung, dan air sumur jadi senjata utama sebelum mobil Damkar datang.
“Kalau nunggu Damkar terus, yang kebakar bisa satu RT,” celetuk Pak Sriyono sambil ngos-ngosan.
—
Rumah Kayu + Api = Kombinasi Horor
Api cepat menyebar karena rumah semi permanen banyak mengandung kayu dan bahan yang lebih mudah terbakar daripada mood gebetan. Warga sempat berusaha menyelamatkan barang, tapi apalah daya—bahkan rak piring pun ikut tenggelam dalam kobaran.
Kerugian ditaksir mencapai Rp300 juta. Dan seperti biasa, yang datang belakangan bukan Damkar, tapi ucapan turut prihatin dari pihak terkait.
—
Kritik Sosial: Ketika Sistem Kesiapan Masih Sebatas Wacana
Gareng pun nyeletuk, “Kalau soal membakar semangat rakyat, pemerintah jagonya. Tapi giliran api beneran, baru sadar hydrant cuma hiasan!”
Petruk menambahkan, “Ini bukan salah ibu memasak, ini soal kita yang belum serius soal mitigasi kebakaran. Rumah-rumah rapat, akses pemadam sempit, dan edukasi soal gas masih minim.”
—
Pesan Moral ala Warung Kopi:
Jangan tinggalin kompor gas nyala sendirian, apalagi buat ngejemur baju. Baju bisa kering, tapi rumah bisa gosong.
Pemerintah jangan cuma kasih bantuan saat kejadian, tapi juga edukasi sebelum kejadian.
Kalau PLN bisa nyalain listrik jarak jauh, masa Damkar nggak bisa dapet rute tercepat?

—
Tandun menangis, rakyat berbenah. Semoga rumah yang terbakar hari ini, jadi pemantik kesadaran untuk lebih siap besok hari.
















