INHU, Negeri Lumbung Sawit & Cerita Getir – Kalau hidup adalah sinetron, maka kisah Pak Suyono (54) ini sudah sampai episode klimaks berdarah dan jual-beli motor penuh misteri. Warga Singingi Hilir ini malangnya bukan main—dibunuh oleh orang kepercayaan sendiri, lalu jasadnya dibuang ke sungai. Tapi tenang, polisi kita bukan kaleng-kaleng. Satu per satu aktor pendukung berhasil diamankan, lengkap dengan properti utama: motor korban yang sempat wara-wiri dari tangan ke tangan seperti mie ayam gerobakan.
Berdasarkan penjelasan dari Kapolres Inhu AKBP Fahrian Saleh Siregar via Kasi Humas Aiptu Misran, penyelidikan kasus ini sudah makin terang benderang. Awalnya hanya dua tersangka: Ari dan Vris yang entah kenapa lebih milih main kayu daripada komunikasi. Tapi siapa sangka, dari pengakuan Ari yang katanya lagi kepepet, motor korban dijual murah meriah seharga Rp6,5 juta, alias harga promo setara sepeda listrik abal-abal.
> “Motor dijual ke Deni, lalu ke Saipul, terus pindah ke Sazli. Singkat cerita, motornya touring, korbannya tenggelam,” ujar Aiptu Misran, sambil mengelus map berita dengan napas panjang.
Motor Melanglang Buana, Jasad Masih Dicari
Sekarang mari kita kenalkan tiga ‘pemain baru’ di sinetron kriminal ini:
1. Deni (37), warga Diponegoro, Tembilahan – spesialis beli motor harga nyeleneh.
2. Saipul (24), warga Jambi yang numpang hidup di Tembilahan – katanya buat adiknya.
3. Sazli (45), yang katanya beli motor buat kakaknya, padahal motornya dari korban pembunuhan.

Motor yang jadi barang bukti adalah Honda BeAT warna hitam BM 3492 KAF. Satu STNK juga ditemukan, atas nama Dwi Wahyu Ningsih, anak korban. Artinya? Ini bukan sekadar penadahan, tapi drama keluarga yang patah hati. Anak korban yang melapor hilangnya sang ayah, sekarang harus menerima kenyataan: ayahnya dibunuh, dan barang-barangnya dijual kayak barang loak.
> “Deni sempat cuan Rp1,5 juta. Tapi sekarang malah nginep di kantor polisi. Emang hidup kadang kayak roda motor, muter-muter akhirnya diangkut juga,” ujar warga yang menyaksikan penangkapan.
Dunia Semakin Gila, Tetangga Makin Tak Terduga
Yang bikin warga tambah ngelus dada: para pelaku ini ternyata orang-orang dekat korban. Kerja bareng, ngopi bareng, bahkan mungkin pernah saling curhat soal utang. Tapi ternyata, yang nancep bukan empati, malah kayu keras ke kepala. Ish!
> “Dulu sering bantu panen. Sekarang malah panen dosa,” kata salah satu tetangga, sambil menghisap rokok dengan tatapan kosong.
Polisi kini masih menyisir sungai Indragiri, berharap jasad korban bisa ditemukan dan dimakamkan secara layak. Karena meski hukum dunia jalan, hak almarhum tetap harus dihormati.
—
Petruk Berkata:
> “Jangan salah, penjahat zaman sekarang bukan lagi muka sangar dan tato kepala naga. Kadang senyumnya ramah, bajunya rapi, tapi hatinya… keras kayak kayu yang mereka pake buat ngebunuh.”
Semoga kasus ini jadi pengingat buat kita semua: jangan gampang percaya, jangan gampang jual motor, dan jangan pernah anggap enteng urusan nyawa. Karena kadang, yang kita sangka teman sejati… ternyata cameo antagonis di cerita hidup kita.
—
Redaksi GarengPetruk.com
Berita keras dibungkus tawa, agar nurani tak ikut tenggelam di sungai gelap bernama kejahatan.















