BANYUWANGI, 3 Juli 2025 — Di ujung dermaga Ketapang-Gilimanuk, ombak menyapa pelan, tapi kabar duka menghantam keras. Kapal Tunu Pratama bukan cuma karam di laut, tapi juga menenggelamkan harapan dua bocah kecil yang kini resmi bergelar anak yatim piatu.
Namanya Elok Rumantini, alamat daerah Lateng, Banyuwangi. Seelok namanya, sekeras pula perjuangannya: seorang ibu yang banting tulang kerja di kapal demi menghidupi dua anak perempuan, usia 4 tahun dan 13 tahun. Tapi takdir berkata lain—ia pergi menyusul suaminya yang wafat setahun lalu. Lengkap sudah, rumah kecil itu sunyi dari suara orang tua.
Pak Camat Turun Gunung (dan Turun Ke Gang)
H. Hartono, S.Sos, M.Si, Camat Banyuwangi Kota, hadir di rumah duka. Bukan sekadar hadir, tapi juga membawa santunan—setidaknya ada kehangatan kecil di tengah dinginnya kehilangan.
“Kami pemerintah hadir untuk masyarakat,” begitu katanya. Dan kami, rakyat kecil, mencatat itu baik-baik… di hati dan di memo utang warung.
Camat yang satu ini memang gesit. Bukan hanya ahli dalam pidato, tapi juga paham posisi gas dan rem, makanya cepat sampai ke rumah duka. Salut, Pak! Tapi kita juga nunggu, semoga pemerintah pusat pun sepenuh hati, bukan hanya sepenuh spanduk.
Kapal Karam, Aturan pun Kadang Ikut Tenggelam.
Pertanyaannya, kenapa kejadian semacam ini masih saja terjadi? Apakah SOP di kapal-kapal kerja cuma sekadar tiga huruf yang digantung di dinding tanpa pernah dibaca?
Elok bukan satu-satunya yang kerja keras di laut. Banyak ibu-ibu Indonesia yang jadi “kapten rumah tangga” siang malam. Tapi keselamatan mereka? Kadang dilautkan, kadang juga dicuekkan.
Pesan dari Keluarga, Sindiran untuk Kita Semua
Perwakilan keluarga Elok mengucap terima kasih kepada semua pihak yang bantu evakuasi. Tapi di balik kata “terima kasih”, terselip tanda tanya besar:
“Setelah ini, siapa yang bantu urus sekolah dua anak itu?”
“Siapa yang pastikan hidup mereka tak sekadar jadi angka statistik korban?”
Negara jangan cuma pandai saat foto di dermaga dan lincah pas bagi sembako. Saat rakyat tenggelam, yang dibutuhkan bukan sekadar pelampung retorika. Tapi tindakan nyata dan jaminan masa depan, biar anak-anak Elok Rumantini tak cuma hidup, tapi juga berdaya.
Catatan Gareng dan Petruk:
“Laut memang luas, tapi nasib rakyat kecil lebih luas lagi penderitaannya. Semoga ada kapal bernama keadilan yang benar-benar berlayar, bukan cuma sandiwara.”
Mari kita tutup berita ini dengan doa dan… sedikit harap. Harap bahwa di negeri ini, ibu-ibu tak harus mempertaruhkan nyawa demi sesuap nasi. Dan anak-anak tak lagi kehilangan pelukan hanya karena cari makan dianggap sekadar bagian dari nasib
Lokasi: Gang Belimbing, Kelurahan Lateng, Banyuwangi
Waktu: Kamis, 3 Juli 2025
GarengPetruk.com – Berita Gokil, Kritik Sosial, Tetap Santuy tapi Ngena!