Kalau di sinetron ada tokoh utama yang pura-pura miskin padahal kaya, maka di Bank Jatim Cabang Jakarta, tokohnya kebalik: pura-pura kaya, tapi uangnya dari rakyat! Eh, tapi jangan buru-buru nyalahin sinetron, karena lakon ini jelas lebih dramatis—dengan skenario yang lebih rapi dari tukang sablon stiker!
Tanggal 20 Februari 2025, kejutan datang dari Kejati Jakarta. Benny, Kepala Cabang Bank Jatim Jakarta, diduga jadi dalang pencairan kredit fiktif buat PT Indi Daya Group dan PT Indi Daya Rekapratama. Modusnya? Agunan pura-pura dari BUMN yang katanya kerja sama, padahal aslinya cuma kerja sama nyusun dokumen palsu. Wah, ini sih kerja sama tingkat tinggi!

Kredit Modal Hayalan, Perusahaan Nominee, dan KTP yang Dipinjamin
Supaya makin nikmat, perusahaan yang dapet kredit itu katanya cuma ‘numpang nama’. Alias perusahaan nominee—ya semacam boneka pajangan di etalase, yang bisa dicolek-colek tapi isinya kosong. Mereka ngajuin kredit modal kerja, tapi proyeknya nggak ada. Fitri Kristiani, sang penghubung multitalenta, diduga nyiapin semua dokumen, nyari-nyari KTP, bahkan ikut mendampingi analis ke kantor bouwheer palsu. Kayaknya kalo ada lomba acting korporat, tim ini bisa masuk finalis!
Penyidik Nambah Daftar Tersangka, Tapi ATM Rakyat Terus Menangis
4 Maret 2025, Kejati resmi menetapkan Fitri sebagai tersangka baru. Bersama Benny dan dua kolega dari perusahaan afiliasi Bun Sentoso—yang entah namanya kayak tokoh pewayangan atau juragan sembako—kasus ini pun makin ramai. Duit rakyat pun terbang entah ke mana. Kayak sulapan, “abrakadabra… dananya cair!”
PKB Mulai Bersuara, Tapi Suara Rakyat Sudah Serak
Fraksi PKB di DPRD Jatim udah naik pitam. Di Instagram resmi mereka, mereka minta Pansus dibentuk. Biar kebusukan ini nggak makin bau. Tapi warga Jember hanya bisa bilang, “Lho, kok baru sekarang?” Rakyat udah keburu kecewa. ATM udah keburu kosong. Warteg udah naik harga.

Prof. Miftah: Jangan Taruh Telur di Satu Keranjang (Apalagi Keranjang Bolong!)
Untunglah, di tengah gegap gempita korupsi yang ngeri-ngeri sedap, Prof. Miftah Arifin dari UIN Khas Jember tampil seperti juru selamat intelektual. Dalam pernyataan penuh makna, beliau menyarankan agar Pemkab Jember jangan terlalu mesra dengan satu bank saja. Emangnya pacar? Bank lain juga butuh cinta kok, kata beliau dalam analogi santai: “Menaruh telur di beberapa keranjang lebih aman… ketimbang satu keranjang yang bisa jatuh ke got!”
Akhir Kata, Dari Gareng dan Petruk
Kami cuma bisa bilang: “Ya ampun, Bank Jatim… bukan begitu caranya jadi idola masyarakat!” Kalau duit rakyat dipake buat dagelan kredit fiktif, maka lama-lama rakyat bakal beneran jadi pelawak… karena hanya bisa tertawa, padahal hatinya luka.
Semoga Pemkab Jember makin waspada. Dan semoga semua pelaku segera diseret ke pengadilan. Bukan cuma biar adil, tapi biar rakyat punya alasan untuk percaya lagi—kalau uang mereka tidak sedang dikelola oleh para pesulap bertopi CEO.
(Udin, sambil ngopi di warung depan Bank Jatim Jember, nulis ini sambil garuk kepala: “Duh, kok bisa ya?”)















