Garengpetruk.com, Klaten — Di tengah gemuruh konser K-Pop dan gegap gempita TikTok-an, Desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum, Klaten, justru tampil beda. Bukan dengan lampu disko atau panggung dangdut keliling, tapi lewat “Gelar Budaya”—acara meriah yang mengangkat budaya lokal, mempromosikan pariwisata desa, sekaligus bagi-bagi sembako. Kombo mantap untuk rakyat!
Desa Ngrundul menggelar acara Gelar Budaya di Umbul Brondong, destinasi wisata andalan mereka, pada Jumat (4 Juli). Acaranya lengkap: mulai dari kirab budaya, pagelaran wayang kulit semalam suntuk, hingga bazar UMKM yang ramai dikunjungi warga. Tak cuma itu, pemerintah desa juga membagikan 1.500 paket sembako kepada warga. Iya, seribu lima ratus!
Acara ini digagas oleh Pemerintah Desa Ngrundul, didukung penuh oleh warga setempat, pelaku seni, dan pelaku UMKM. Kepala Desa Ngrundul bahkan tampil langsung, menyampaikan pesan penuh semangat:
“Karena kami punya Umbul Brondong ini dari rakyat, maka kami kembalikan untuk rakyat.”
Kalimat yang bisa jadi bahan quotes, tapi juga PR besar buat desa-desa lain yang punya potensi, tapi lebih banyak wacana ketimbang aksi.
Dimulai dari pukul 14.00 WIB, hari Jumat 4 Juli 2025, dimulai dengan kirab budaya dari kantor desa menuju lokasi wisata Umbul Brondong, dan dilanjutkan hingga malam hari dengan pagelaran wayang kulit. Jadi, budaya jalan, rakyat senang, malam pun jadi terang—bukan karena lampu neon, tapi semangat gotong royong.
Semua kegiatan terpusat di Umbul Brondong, destinasi wisata alam milik Desa Ngrundul. Tempat ini tak cuma cantik buat swafoto, tapi juga jadi sumber pendapatan desa yang kemudian disalurkan kembali untuk kesejahteraan warga. Kalau di kota umbul dijadikan nama mall, di sini dijadikan simbol gotong royong.

Karena budaya bukan hanya urusan masa lalu, tapi juga jalan untuk membangun masa depan.
Lewat gelar budaya ini, pemerintah desa ingin:
Melestarikan budaya Jawa
Mempromosikan wisata lokal
Meningkatkan pendapatan desa
Membantu kesejahteraan warga
Kepala Desa menyampaikan bahwa dengan dukungan luar biasa dari masyarakat, Umbul Brondong bisa menjadi destinasi yang semakin berkembang. Tapi tentu harapannya, bukan cuma saat ada acara atau ketika wartawan datang.
Dengan konsep kolaboratif, warga, seniman, dan pelaku UMKM bahu-membahu memeriahkan acara. Dana dari pengelolaan wisata dialokasikan kembali untuk masyarakat—bukan sekadar habis di rapat dan laporan pertanggungjawaban setebal naskah sinetron.
1. Kirab budaya berjalan lancar, penuh warna dan semangat lokal.
2. Wayang kulit semalam suntuk jadi hiburan rakyat yang edukatif.
3. UMKM lokal diberi ruang untuk berjualan dan berkembang.
4. Sembako gratis disalurkan ke warga sebagai bentuk tanggung jawab sosial dari pengelolaan wisata.
Catatan Kritis ala Gareng
Gareng mengingatkan: “Kalau semua desa bisa mengelola wisatanya seperti ini—transparan, bermanfaat, dan berbudaya—mungkin rakyat nggak perlu antre BLT tiap bulan. Karena desa mandiri itu bukan yang banyak bangunan, tapi yang banyak memberi manfaat.”

Penutup
Desa Ngrundul menunjukkan bahwa kesejahteraan rakyat bisa dibangun dari budaya dan potensi lokal. Saat desa lain masih sibuk cari investor atau bikin slogan besar, Ngrundul malah membuktikan bahwa dengan gotong royong, budaya, dan sedikit sentuhan akal sehat, desa bisa mandiri—tanpa harus kehilangan jati diri.
“Wisata dari rakyat, untuk rakyat, dan kembali ke rakyat. Ini baru pembangunan yang punya rasa!”
Begitu pesan moral yang terucap dari panggung wayang malam itu.
#GelarBudayaNgrundul #WisataLokalBangkit #GarengPetrukPantauDesa 🌾🎭📦
















