Jember, GarengPetruk.com — Di tengah gegap gempita dunia yang kadang bikin hati senep dan kepala pengen nyungsep, ternyata masih ada sejumput harapan yang dipeluk hangat oleh sinergitas: antara Polisi yang manusiawi, pemuda yang nggak rebahan doang, dan masyarakat yang tak lupa bersyukur meski hidup sering digebyur.
Adalah halaman Masjid Baiturrohman di Dusun Babatan, Desa Jenggawah, yang mendadak jadi panggung sosial penuh cinta dan… jerit kecil para jagoan yang bersiap disunat. Ya, pada Minggu, 22 Juni 2025, sinergi dari langit pun turun lewat kegiatan Bakti Sosial Khitan Massal dan Penyerahan Bantuan Sosial, hasil kolaborasi antara Remaja Masjid Baiturrohman, Pemuda Pemudi Sosial, dan tentunya Polres Jember yang diwakili langsung oleh Wakapolres Jember Kompol Ferry Dharmawan S.Psi, S.I.K.
Tak tanggung-tanggung, acara ini bak perayaan kecil tapi penuh makna menyambut HUT Bhayangkara ke-79. Karena rupanya, bukan hanya gigi polisi yang putih bersih, tapi hatinya juga ikut bersinar—setidaknya hari itu.
Polisi Bukan Hanya Bisa Menilang
Bertempat di bawah langit Jember yang cerah, kehadiran Kompol Ferry Dharmawan bukan buat sidak tambal ban ilegal atau nangkep maling ayam. Tapi nggowo ati, membawa kepedulian yang nyata. Ia bilang, “Melalui pelayanan kepolisian ini, kami ingin memberi manfaat untuk masyarakat.”
Lha iya, masyarakat itu butuh bukti, bukan hanya baliho senyum 7 megapiksel. Dan hari itu, bukti itu hadir dalam bentuk sembako, sunatan, dan suasana guyub.
Rangkaian Acara: Dari Doa hingga Daftar Donatur
Acara dibuka dengan ceremoni, doa tahlil, dan sholawat ala Remas yang bikin jiwa bangun—meski sebagian anak khitanan mulai tegang. Lalu sesi foto bareng Wakapolres, yang mungkin jadi momen langka anak-anak sebelum mereka digiring ke ruang eksekusi medis oleh tim RSUK Kaliwates.
Ada pula pemeriksaan kesehatan dari Klinik Harapan Mulya, pembagian sembako, dan tentu saja sesi ramah tamah, karena setelah anak-anak disunat, yang penting bukan hanya luka yang cepat sembuh, tapi hati yang ikut sembuh dari keterasingan sosial.
Dan seperti biasa, kalau ada kegiatan sosial, yang kerja biasanya para relawan, yang foto-foto biasanya para petinggi, dan yang makan terakhir biasanya panitia.

Kritik Lembut Tapi Tajam: Jangan Hanya Seremonial
Sebagaimana tradisi GarengPetruk.com, bolehlah kita kasih sedikit sentilan manis: kegiatan ini luar biasa, tapi jangan berhenti di seremoni dan flash kamera. Khitanan boleh massal, tapi kepedulian jangan musiman. Hari Bhayangkara boleh dirayakan, tapi semoga Bhayangkara-nya tidak hanya ramah saat ultah.
Kalau tiap bulan bisa ada acara seperti ini, barangkali angka kepercayaan publik terhadap polisi bisa naik tanpa perlu lembaga survei yang mahal-mahal.
Harapan Sohib: “Ngomong Sederhana, Tapi Dalam”
Perwakilan Remas, Sohib, dengan suara yang lebih ikhlas dari iklan donasi di TV, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Dari Polres Jember, Polsek Jenggawah, KJJT, RSU Kaliwates, hingga Dinas-dinas yang turun tangan. Ia menutup dengan kalimat pamungkas:
“Semoga kegiatan ini jadi awal kebaikan yang berkelanjutan, bukan hanya agenda tahunan buat masuk berita.”
Kena, Sob! Kadang kalimat paling jujur itu muncul dari orang lapangan, bukan dari podium.
Akhir Kata dari Redaksi:
Kami dari GarengPetruk.com cuma bisa bilang: kegiatan ini ibarat kopi pahit yang diberi gula secukupnya—menyegarkan sekaligus menyadarkan. Bahwa di balik seragam, jabatan, dan seremoni, ada kemanusiaan yang perlu terus dihidupkan.
Dirgahayu Bhayangkara ke-79!
Semoga makin dekat dengan rakyat, bukan cuma saat pemotongan pita.
Salam hangat,
Gareng Petruk – sang komentator sosial yang selalu di antara tawa dan makna.
















