Blitar, garengpetruk – Di zaman sekarang, ternyata bukan cuma HP yang bisa bikin masalah, jaket pun bisa jadi sumber keributan. Di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Senin dini hari (4/8/2025), satu jaket bergambar logo perguruan silat sukses memicu “pesta” pengeroyokan yang bikin warga geleng-geleng kepala.
Kronologi: Dari Gaya ke Babak Belur
Korban, R.I.P (15 tahun), awalnya cuma pinjam jaket milik temannya. Tujuannya? Biar keren di medsos. Tapi aksi gaya itu malah dianggap “tantangan” oleh sekelompok anggota perguruan silat yang merasa tersinggung karena korban bukan bagian dari mereka.
Akhirnya korban “diundang” ke acara pengeroyokan di tiga lokasi berbeda: persawahan Desa Sukosewu (pembukaan), depan rumah pelaku (acara puncak), dan depan rumah korban sendiri (penutupan). Hasilnya, korban pulang dengan memar di dada, punggung, dan wajah.
Aksi Polisi: Konser Penangkapan
Kasat Reskrim Polres Blitar, AKP Momon Suwito, langsung bergerak cepat. Sembilan pelaku berhasil diamankan—6 anak di bawah umur dan 3 orang dewasa. Mereka dijerat Pasal 170 ayat (1) KUHP dan/atau Pasal 80 ayat (1) Jo Pasal 76C UU Perlindungan Anak. Ancaman hukuman maksimal 5 tahun 6 bulan penjara, cukup untuk “cuti panjang” dari dunia luar.
Ngopi Bareng Gareng & Petruk
Gareng: “Truk, dengar nggak kasus anak-anak yang ngroyok gara-gara jaket?”
Petruk: “Dengar, Seng. Anak-anak sekarang gampang panas, padahal kompor aja butuh minyak buat nyala.”
Gareng: “Makanya, kalau panas hati mending dikasih es kopi susu, bukan kesempatan mukul.”
Petruk: “Kalau semua masalah diselesaikan di sawah, bisa-bisa petani panen padi campur drama.”
Gareng: “Bener, Truk. Mending nongkrong di warung kopi, bahas masa depan, walau masa depanmu cuma sebatas bayar hutang ngopi.”
Pesan Penting Polisi
Polres Blitar mengingatkan generasi muda untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, bukan tangan panas. Ingat, jaket itu untuk melindungi dari dingin, bukan untuk memicu amarah dan jadi alasan membuat orang babak belur.
Sumber berita dan foto:
Humas Polres Blitar
