SURABAYA – Ada kabar hangat dari ujung timur Pulau Jawa. Gubernur Khofifah, yang terkenal dengan gaya tegas sekaligus teduhnya itu, ngibaskan jilbab, lalu dengan gagah menambah anggaran bantuan sosial (bansos) sebesar Rp43,19 miliar.
Katanya demi rakyat miskin, rakyat renta, rakyat terlunta-lunta, dan rakyat yang tiap hari cuma bisa makan nasi kucing sambil nonton sinetron bersambung.
“Negara harus hadir,” ujar beliau. Lah iya, Bu. Kalau negara hadirnya pas kampanye doang, itu namanya ghosting anggaran. Tapi kali ini, nampaknya hadirnya cukup serius, setidaknya di atas kertas dan rapat paripurna.
—
Misi Suci: Dari Kursi Roda sampai Modal Usaha
Gubernur menebar uang rakyat ke lima program:
Untuk penyandang disabilitas (Rp1,8 miliar),
PKH Plus untuk lansia (Rp15 miliar),
Modal usaha pengentas kemiskinan ekstrem (Rp15 miliar juga),
Alat bantu jalan (Rp9,75 miliar),
dan program jawara perempuan pengusaha (Rp10,77 miliar).
Totalnya, nyaris cukup buat beli 2 jet pribadi dan nyicil apartemen di SCBD. Tapi kita tidak protes. Uang itu memang sebaiknya balik ke rakyat — asalkan jangan nyangkut dulu di kantong pejabat atau terbang ke langit bersama balon launching acara.
—
Disabilitas Dikasih Alat, Tapi Akses Jalan Masih Tersendat
Alat bantu seperti kursi roda, kruk, walker, dan tongkat tunanetra akan didistribusikan. Mantap. Tapi tolong, jalan trotoar jangan cuma buat pot bunga dan gerobak gorengan. Lha wong kursi roda bisa dikasih, tapi kalau jalannya kayak jalur offroad sirkuit motocross, ya sama aja ngibul pake dasi. Itu bukan inklusi, tapi jebakan Batman.
—
Lansia Dikasih PKH Plus, Tapi Tolong Jangan Lupa Plus Senyuman
Lansia akan dapat bantuan Rp1,5 juta dibagi tiga tahap. Oke. Tapi ingat, jangan dikasih amplop lalu disuruh baris panas-panasan tiga jam demi selfie Kepala Dinas. Mereka bukan komoditas politik, tapi manusia penuh sejarah. Tugas kita bukan hanya bantu hidup mereka, tapi menghormati sisa waktu mereka.
—
Pengusaha Perempuan Dapat KIP Putri Jawara: Asal Bukan Kartu Isian Palsu
Perempuan pengusaha dapat dana Rp3 juta per orang. Cukup untuk beli blender, etalase, atau printer struk, bukan vila di Puncak. Tapi awas, jangan sampe datanya salah sasaran. Nanti yang dapat justru istri kedua pejabat kampung yang sudah buka salon eyelash sejak 2019.
—
Modal Usaha: Jangan Sampai Modal Habis, Usaha Gagal, Lalu Dituduh Tidak Bersyukur
Program pengentasan kemiskinan ekstrem kasih Rp1,5 juta sebagai modal usaha. Wah, ini keren, tapi hati-hati. Kalau modal segini dijadikan alasan supaya rakyat bisa kaya raya dalam seminggu, itu bukan program pemerintah — itu iklan investasi bodong.
Dan jangan pula setelah modal dikasih, rakyat disuruh “mandiri” lalu ditinggal. Ini bukan lempar batu sembunyi tangan, Bu Gub! Ini bantuan, bukan pelarian tanggung jawab.
—
Di Balik Bansos, Ada Kamera Menyala dan Panggung Terbentang
Kita tahu niat baik itu mulia, tapi sering kali di lapangan jadi drama. Bansos datang, kamera nyala, anak kecil disuruh melambai, pejabat pasang senyum termanis seolah seluruh semesta berterima kasih. Habis itu? Uang raib, data tak sinkron, dan masyarakat bingung: “Lho, bansosnya kok cuma sekali?”
Bansos itu bukan seasonal event, tapi bagian dari strategi jangka panjang. Rakyat bukan konten TikTok, tapi penentu arah sejarah negeri.
—
Akhir Kata: Khofifah Bergerak, Tapi Kita Tetap Waspada
Salut buat Gubernur Khofifah dan Pemprov Jatim yang tambah anggaran bansos. Itu langkah bagus, seperti beli nasi padang: nasi gratisnya banyak, asal jangan cuma bungkus doang. Tapi kita, rakyat dan awak media, harus tetap ngawasi. Jangan sampai dana bansos berubah jadi “bantuan sosial elit”, di mana yang dapat cuma kerabat, kroni, dan kolega partai.
Gareng Petruk cuma mau bilang:
“Yang memberi tangan kanan, jangan sampai tangan kirinya sibuk nulis laporan palsu.”
Rakyat butuh bantuan, bukan janji. Butuh perhatian, bukan polesan. Butuh keadilan, bukan pencitraan.
—
Penulis: Eko Windarto
Editor: Gareng Petruk
(Yang masih ngarep bansos: WiFi gratis di kampung dan subsidi kopi di warung)