CIPUTAT, TANGERANG SELATAN – Gareng Petruk bangun pagi, niatnya mau ke warung beli teh celup, eh malah keikut rombongan qurban di Ciputat. Udah gitu, dia nyasar ke Suka Damai – bukan karena GPS-nya rusak, tapi karena aroma sate qurban yang menggoda iman dan menyesatkan jalan pulang.
Tanggal 8 Juni 2024, wilayah Ciputat dan Suka Damai berubah jadi seperti miniatur Padang Arafah – bukan karena unta bertebaran, tapi karena semangat warganya menggelegak kayak minyak goreng panas pas nyambel.
—
Sapi Sehat, Warga Semangat
Para peternak dan pedagang hewan qurban kayak boyband lokal. Datang dengan gaya, membawa sapi-sapi sehat, dan disambut antusias oleh warga. Tapi bedanya, sapi nggak nyanyi—cuma melenguh pelan, mungkin sambil baca doa terakhir.
> “Ini sapi sehat semua, sudah dicek dokter hewan, bahkan ada yang sempat disuapi vitamin dan dibacain salawat,” ujar Pak Rukun, panitia qurban yang rambutnya mirip bulu sapi: keriting alami.

—
Prosesi Penuh Khidmat, Tapi Tetap Meriah
Meski suasananya khidmat, ada juga momen dramatis. Seorang panitia qurban jatuh terpeleset karena sandal jepitnya kalah grip sama rumput basah. Untung yang jatuh sandalnya, bukan keikhlasannya.
> “Kami pastikan semua proses sesuai syariat. Nggak ada yang ngasal. Sapi juga sudah disuapin ayat,” ujar Ustaz Malik, sambil ngelap keringat dan ngelus-ngelus leher sendiri. (Trauma pas qurban tahun lalu, katanya sempat dikejar sapi.)
—
Daging Dibagi, Hati Terisi
Warga antre tertib. Tak ada rebutan. Semua mendapatkan bagian. Bahkan Pak Rahmat, yang biasanya galak kayak preman terminal, kali ini senyum manis waktu terima kantong plastik isi daging.
> “Alhamdulillah, ini berkah. Bisa makan rendang 3 hari, walaupun bumbu rendangnya masih nyicil,” kata Bu Wati, sambil melipat plastik seperti melipat kenangan lama.
Gareng Petruk nyeletuk:
> “Qurban itu bukan cuma motong hewan, tapi juga motong ego. Biar kita sadar, dunia ini bukan cuma soal isi perut, tapi juga isi hati.”
—
Satire Ringan ala Gareng:
1. Peternak bahagia, kecuali yang hutangnya belum lunas.
2. Panitia qurban kerja keras, tapi tetap senyum, meski kena asap bakaran.
3. Warga dapet daging, tapi jangan lupa… sayur juga penting, Bro.
4. Anak-anak happy, karena bisa selfie bareng sapi. (Walau sapinya ogah diajak pose peace.)
—
Penutup:
Idul Adha di Ciputat dan Suka Damai bukan hanya urusan daging dan darah, tapi tentang kasih sayang dan pengorbanan.
Gareng Petruk pun pulang dengan dada hangat – bukan karena digaruk nyamuk, tapi karena melihat solidaritas warga yang makin langka di zaman penuh drama ini.
> “Mari kita jadikan semangat qurban sebagai pelajaran hidup: belajar memberi, tanpa pamrih… dan makan, tanpa ngutang.”
—
Foto: Sapi tersenyum sebelum disembelih (katanya udah ikhlas).
Sumber: Akbar Hariman SHI – Kabiro Banten
#QurbanTanpaDrama #SapiSukaDamai #GarengPetrukNews
 
			 
                                
















 
							