Oleh: Gareng & Petruk
Gareng: “Truk, petir di Klaten ini kayak debt collector, datang tiba-tiba, nggak permisi, langsung bikin geger!”
Petruk: “Iya, Reng! Kasihan Mas Agus, sudah enak-enak rebahan, malah kena ‘hadiah’ genteng di kepala. Untung bukan tagihan cicilan!”
Petir Nyelonong, Rumah Berantakan!
Rabu siang, sekitar pukul 13.15 WIB, rumah warga Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten, mendadak jadi korban amukan alam. Petir tiba-tiba menyambar tanpa aba-aba, padahal langit masih terang benderang dan hujan cuma rintik-rintik.
Mas Agus Haryanti (29), sang pemilik rumah, sedang rebahan di dalam bersama dua anak balitanya, sementara ibunya duduk santai di teras. Tiba-tiba…

Duarrr!
Genteng berhamburan, rumah bergetar, dan televisi pun ikutan ‘pensiun dini’. Sialnya, salah satu genteng jatuh dan mendarat mulus di kepala Agus.
Gareng: “Truk, ini sih namanya Agus kena prank sama alam.”
Petruk: “Bener, Reng! Biasanya yang jatuh dari langit itu rezeki, ini malah genteng! Hadehh…”
Tetangga Pun Kaget: Petir Kok Nyelonong?
Tetangga Agus, Wahyu Diyana, ikut bingung dengan kejadian ini. Biasanya kalau ada petir, langit udah mendung duluan. Lha ini? Matahari masih nongol, tau-tau ‘kilat ilahi’ turun.
“Saya kaget, pas saya lihat ke sana, Mas Agus sudah berdarah kepalanya. Langsung saya bawa ke bidan,” ujar Wahyu.
Beruntung, Mas Agus nggak kenapa-kenapa, hanya luka ringan. Tapi rumahnya? Nah, itu lain cerita. Genteng jebol, perabot porak-poranda, dan TV-nya sudah dipastikan masuk usia pensiun paksa.
Rakyat Bergerak, Gotong Royong Menyelamatkan Rumah!
Begitu kejadian, warga Tegalgondo langsung gercep (gerak cepat). Dibantu oleh TNI, Polri, dan BPBD, mereka ramai-ramai memperbaiki rumah Agus.
“Alhamdulillah, rumahnya sudah diperbaiki. Tapi listriknya masih mati, jadi sementara nginap di rumah saudara dulu,” kata Agus.
Gareng: “Truk, ini contoh nyata kalau gotong royong itu masih hidup di kampung-kampung!”
Petruk: “Iya, Reng! Beda sama di kota, kalau ada genteng jatuh, yang ada malah orang sibuk rekam buat konten.”
Kesimpulan: Alam Tak Bisa Diprediksi, Warga Harus Siaga!
Dari kejadian ini, kita bisa belajar satu hal: alam itu punya kehendaknya sendiri. Petir bisa datang kapan saja, nggak peduli siang bolong atau malam hari. Jadi, warga harus lebih waspada, apalagi kalau ada tanda-tanda cuaca aneh.
Gareng: “Jadi, Truk, kesimpulannya apa?”
Petruk: “Kalau mendung, jangan sok kuat. Kalau lihat petir, jangan nekat. Dan kalau rebahan siang-siang, pastikan genteng di atas kepala aman!”
Gareng: “Betul! Dan jangan lupa, kalau petir menyambar, yang pertama dicek bukan TV, tapi kepala sendiri dulu!”
Pesan moral: Hati-hati sama petir, jangan sampai kepala jadi sasaran empuk genteng yang panik!
















