Banyuwangi – GarengPetruk.Com
Waduh, Banyuwangi panas bukan karena matahari, tapi karena perkara sepatu dan orasi! Tepat pukul 09.10 WIB di Perum Kendedes, Desa Purwoharjo, terjadi bentrok sengit antara Ketua Harimau Blambangan, Bang Yunus yang kondang seantero Blambangan, dan sekelompok “tentara sepatu” dari PT. Bina Arta. Kabarnya, Bang Yunus sampai lapor ke Polsek Purwoharjo karena merasa dikeroyok. Lho, ini ribut gara-gara apa? Gara-gara sepatu, rek!
Sepatu, Orasi, dan Kopi Kaca
Ceritanya, Bang Yunus dan tim Harimau Blambangan datang mau silaturahmi. Tapi baru mau masuk kantor, petugas Bina Arta minta Yunus copot sepatu. Lah, ini kantor apa masjid? Bang Yunus pun menjawab dengan gaya khas aktivisnya, “Ini kantor, bukan tempat wudhu, rek!”
Eh, bukannya ngopi atau diskusi, malah langsung terjadi orasi spontan, lalu bentrok brutal. Menurut pengakuan Bang Yunus yang penuh nada kecewa, “Saya orasi cuma sebentar, eh malah dipanggil masuk terus ujug-ujug dipancal (ditendang) kakinya. Lah kok ya bisa, saya niatnya baik kok dibales pakai tendangan bebas!” kata Yunus sambil menyeka keringat perjuangannya.
Tak cuma ditendang, anak buahnya, si Yani, malah lebih apes. Wajahnya jadi korban gelas kopi kaca yang dilempar bak adegan film action kelas warung kopi. Hidungnya berdarah, bukan karena drama Korea, tapi gara-gara gelas terbang!

Orasi Jadi Operasi
Bang Yunus, yang biasanya menyuarakan bela emak-emak, kali ini harus membela diri sendiri. Dari orasi berubah jadi “operasi tangkis pukul”. Gak seimbang, katanya. Tim Harimau Blambangan cuma 3 orang, lawannya 15 orang ala “Pasukan Bina Arta United”.
“Kalau fair, ayo satu lawan satu. Lha ini, saya dikeroyok. Saya aktivis, bukan pendekar silat!” serunya sambil mengacungkan laporan polisi ke wartawan kami dengan gaya ala orator kampus.
Kritik Sosial dalam Sepatu
Ini bukan sekadar perkara adu jotos, tapi jadi cermin bagaimana etika dan komunikasi bisa berakhir di meja hukum. Sepatu bukan cuma alas kaki, tapi simbol martabat. Bayangkan, masa tamu diminta buka sepatu di kantor? Ini bukan rumah nenek, Bung!
PT. Bina Arta dinilai arogan, merasa kantor itu istana. Padahal, tamu itu raja, bukan musuh negara. Orasi dianggap provokasi, padahal niatnya edukasi. Lalu, kapan kita bisa bedakan suara rakyat dan suara rebutan kursi?
Bang Yunus Berseru: “Lawan Ketidakadilan, Bukan Dengan Gelas Kopi!”
Kini kasus sudah dilaporkan, visum sudah dilakukan, dan Bang Yunus bersikukuh akan kejar kasus ini sampai ke akar-akarnya. Semoga akar yang dicari bukan akar masalah dari sandal jepit.
Akhir kata, pembaca budiman, mari kita belajar: kadang sebuah sepatu bisa lebih tajam dari pidato. Tapi kalau pidato dibalas dengan gelas kaca, ya siap-siap kena pasal.
Salam Waras dari Redaksi GarengPetruk.Com: Berita Gokil, Tapi Tetap Masuk Akal.
Kalau suasana kantor bisa bikin ribut, lebih baik pindahin rapat ke warung kopi. Tapi tolong, gelasnya jangan dilempar lagi ya!
















