KAB. MOJOKERTO –
Healah! Kabar bahagia datang dari langit ke tujuh! Eh, maksudnya dari puncak Arjuno-Welirang. Setelah sekian lama jalur pendakiannya ditutup gegara cuaca galak dan longsoran tanah yang kayak pengin ikut nyebur ke jalan raya, kini pendaki bisa kembali mencumbu alam, mendaki gunung sambil bawa bekal dan beban hidup masing-masing.
Tapi tenang dulur, jangan seneng dulu sebelum baca S&K alias syarat dan ketentuan berlaku, karena naik gunung sekarang bukan cuma soal fisik, tapi juga soal administratif!
Booking SIMAKSI? On the spot!
Iya, kowe kudu booking SIMAKSI langsung di Cangar hari Jumat, tanggal 9 Mei, jam 08.30–11.30 WIB. Macem beli tiket konser, bedanya ini bukan buat nonton penyanyi, tapi buat ditantang sama semesta di lereng gunung.
Tapi ya itu, kudu rombongan minimal tiga, maksimal sepuluh. Jadi kalo jomblo, kudu ngajak dua orang dulu, ya buat sekalian jadi saksi penderitaanmu selama nanjak.
Syarat? Banyak, Kak!
Siapkan email aktif (bukan email mantan!), kontak darurat (jangan yang udah blokir kamu), info riwayat penyakit (yang di badan, bukan di hati), dan fotokopi KTP semua anggota (KTP beneran, bukan template buat daftar pinjol).
Pihak Tahura juga minta keterbukaan informasi kesehatan. Kalau punya asma, bilang. Kalau punya trauma ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, itu konsultasikan ke psikolog, bukan ke petugas SIMAKSI.
Kuota terbatas, kayak cinta sejati
Tanggal pendakiannya juga diatur: cuma boleh tanggal 10, 11, 12, 13, 29, 30, 31 Mei, dan 1 Juni. Kuota? 500 orang per hari. Jadi cepet-cepetan, rebutan kayak sembako gratis. Tapi ingat, ini demi menjaga ekosistem. Jangan sampai gunung berubah jadi pasar malam.
Kenapa kemarin ditutup?
Wong longsor aja bisa ngamuk kok! Jalan Batu–Mojokerto sempat tertutup, korban jiwa pun jatuh. Jadi jangan cuma nyalahin alam. Kadang manusianyalah yang bikin alam jadi ogah kompromi.
Gareng bilang:
“Gunung itu bukan tempat pelarian dari cinta yang gagal, tapi tempat belajar bahwa hidup itu naik-turun, kadang dingin, kadang meletus. Tapi kalau kamu bawa niat baik, jaga alam, dan bawa logistik cukup, siapa tahu kamu pulang bukan cuma bawa foto, tapi juga bawa jodoh sesama pendaki.”
Petruk nambahin:
“Asal jangan bawa mantan ke gunung. Takutnya pas naik bareng, turunnya jadi baper sendirian.”
Akhir kata,
Siapkan fisik, logistik, SIMAKSI, dan niat suci. Jangan lupa, naik gunung itu bukan adu kuat, tapi adu akhlak. Jangan buang sampah sembarangan, jangan norak selfie sambil berdiri di pinggir jurang, dan yang paling penting: jangan lari dari tanggung jawab, kecuali dikejar beruang.
Sampai ketemu di puncak, dulur! Tapi kalau belum siap, mending latihan dulu… naik tangga lima lantai tanpa ngeluh.
Mau aku buatin juga versi gambar/meme buat postingan sosial medianya?

















Mantap
Matur Nuwun Lur