“Nek ketemu wong sepuh, ojo mung nyunggi parcel, nanging uga kudu nyunggi rasa hormat!”
— Petruk, ahli filsafat sambil nyangking rambutan
—
Jakarta – Dalam rangka memperingati HUT Bhayangkara ke-79, sebuah kisah menyentuh—dan sedikit menggelitik—datang dari Komplek Polri Pondok Karya. Bina Tradisi (Bintra) Bhayangkara menggelar anjangsana ke kediaman Pangda Sri Suwarni yang sedang dalam pemulihan. Tapi, tunggu dulu, ini bukan sekadar kunjungan biasa ala “kewajiban dinas”. Ini juga panggung kecil di mana dedikasi, parcel buah, dan foto bareng jadi lakon utama.
“Lho To, iki kok rasane kayak sinetron Ramadan versi seragam coklat ya?” celetuk Gareng sambil ngipas parcel.
Petruk mengangguk serius, “Sing penting nek njaluk do’a restu, ojo mung ngarep berkat.”
—
Sri Suwarni, Sang Pangda yang Tak Luntur Semangatnya
Dengan semangat kebatinan yang kuat meski raga dalam pemulihan, Pangda Sri Suwarni menerima kehadiran rombongan yang terdiri dari Brigjen Pol Tory Kristianto, Kombes Pol Hendra Gunawan, sampai Bripda Aftar Azkia yang wajahnya lebih segar dari semangka dingin bulan puasa. Mereka datang bukan hanya membawa parcel, tapi juga nilai-nilai: penghargaan, penghormatan, dan harapan.
“Polisi zaman now kudu bisa ngelingi sejarah, lho. Nek ora, iso keno sindrom amnesia kelembagaan,” kata Petruk sambil membetulkan ikat kepala.
—
Penuh Hormat, Penuh Rasa, Tapi Ora Kudu Kaku
Acara dimulai dengan koordinasi (alias rapat dadakan) di lokasi, dilanjutkan dengan cek kesehatan (alias sambung rasa batin), lalu pemberian parcel buah yang, kata Gareng, “Isine kudu vitamin, ora mung etika basa-basi.”
Menurut Brigjen Pol Tory Kristianto, “Anjangsana ini adalah bentuk penghormatan.”
Gareng nyeletuk di belakang, “Iyo, To. Nek iso, ojo pas ulang tahun wae. Nek kangen, yo dolan!”
—
Bhayangkara: Antara Citra dan Cinta
Banyak orang menyangka Polri hanya soal tilang, razia, dan pangkat. Tapi dari kunjungan ini, ada semacam wujud cinta—entah karena kebiasaan, budaya, atau karena memang kita bangsa yang (kadang) ingat senior setelah pensiun.
“Sopo ngerti besok giliran awakmu tak jenguk pas pensiun,” kata Petruk sambil ngelus pundak Gareng.
“Wah, nek awakmu sing neng jenguk, tak siapno jenang abang!” jawab Gareng dengan senyum tipis penuh makna.
—
Pesan Moral ala Wayang
Dalam lakon anjangsana ini, kita belajar bahwa:
1. Tradisi itu bukan formalitas – tapi wujud rasa, srawung, dan silaturahmi batin.
2. Pensiunan bukan arsip museum – tapi pelita sejarah dan inspirasi lembaga.
3. Parcel boleh habis, tapi penghargaan harus langgeng.
—
Selamat Ulang Tahun Bhayangkara ke-79!
Semoga makin waspada, waskita, dan welas asih.
Dan jangan lupa, ngopi bareng purnawirawan itu kadang lebih penting daripada bikin TikTok di kantor!
> “Maju terus Bhayangkara, ojo mung nganggo motor gede, tapi nganggo hati yang gede!”
– Gareng & Petruk, purnawirawan warga negara.
—
📝 Catatan: Artikel ini ditulis sambil nyeruput teh tubruk dan ngemil nagasari, ditemani lagu keroncong yang diputar dari radio tua di pos ronda.















