Jember — Wahai rakyat jagat Jawa Timur, bersiaplah angkat tangan—bukan buat nyerah, tapi tepuk tangan! Karena PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) Cabang Jember sedang “ndadi-ndadine” alias mekar mewangi, bukan cuma urusan tendangan dan kuncian, tapi juga prestasi yang makin ciamik kayak celana pendek murid SD baru.
Di PORPROV Jatim 2024, pesilat Jember tampil bukan sekadar jago silat di tanah, tapi juga jago bikin lawan bingung dan wasit tersenyum kagum. M. Riski, M. Fitra Budi, dan Fikri Ferdian jadi barisan medali, bukan barisan sakit hati. Dan kata pelatih PSHT Bayu Mardika Dinarta—yang wajahnya lebih cerah daripada mentari pagi—ini jadi kebanggaan tak hanya buat Jember, tapi buat seluruh pendekar bersabuk putih seantero jagat.
Prestasi Berderet, Tradisi Tak Luntur!
Kita geser layar ke POPNAS 2023, di mana Susan Tsabita menyabet emas seperti nyabut rumput di halaman. Noviyanti Sugiastuti ngantongin perak, dan kawan-kawan seperti Ahmad Syofarel, Verlito, Nabil Isa, Gais Andika, serta trio beregu Bara, Dimas, dan Agung? Emas semua! Wah, ini bukan pencak silat lagi, ini tambang emas berjalan!
Gareng sampe pengen daftar jadi wasit, saking pengen deket sama aura juara!
Sabuk Putih, Bukan Sekadar Warna
Mulai tanggal 25 April sampai 8 Mei 2025, akan digelar latihan bersama untuk 4859 siswa bersabuk putih. Iya, betul! Bukan salah baca. Empat ribu delapan ratus lima puluh sembilan pendekar bakal warming up bareng. Tapi jangan salah, latihan ini bukan sembarang ngelatih, ini juga bentuk dari pelestarian tradisi—karena silat itu bukan cuma soal gebuk-gebukan, tapi tentang adab, kesetiaan, dan rasa hormat.
Polres Jember sampai harus nurunin 274 personel. Belum cukup? Tambahin TNI, Dishub, Satpol PP, dan PAMTER PSHT. Total ada lebih dari seribu personel keamanan! Wah, bukan main, ini latihan silat atau gladi resik upacara kenegaraan?
Wakapolres Kompol Ferry Dharmawan dan Ketua PSHT Jono Wasinudin duduk bareng, gelar rapat di Rupatama Polres, serius tapi santai. Kayak sedang nyusun strategi perang, tapi tujuannya satu: damai dan tertib.
Sindiran Lembut ala Gareng:
Lihat, kalau pencak silat bisa jadi sarana perdamaian dan pemersatu, kenapa kadang kita malah lihat politik bikin rakyat pecah kongsi? Kalau pendekar sabuk putih aja bisa disiplin dan rukun, kenapa pejabat sabuk dasi malah doyan ribut rebutan kursi?
Petruk Ngegas, Gareng Ngerem:
PSHT Jember buktiin kalau warisan leluhur bukan sekadar dikenang, tapi dilestarikan. Diolah jadi prestasi, ditata jadi harmoni. Tradisi bukan barang museum, tapi napas kehidupan. Dan prestasi bukan buat sombong, tapi bukti bahwa latihan keras tak pernah mengkhianati hasil—asal nggak pakai jimat atau joki silat online.
Akhir kata dari Gareng:
Selamat untuk PSHT Jember, terus melaju tanpa lupa akar. Jangan cuma sabuk putih, sabuk hitam pun nanti takluk. Dan semoga tradisi serta prestasi kalian jadi inspirasi buat negeri: kuat bukan karena marah, hebat bukan karena sombong, tapi karena cinta—pada tanah, pada ajaran, dan pada sesama.
Salam hormat dari Gareng dan Petruk:
Silat itu seni, bukan sekadar tendang kepala. Tapi menendang ego, menyapu keangkuhan, dan mengunci kebencian.