Jember, 9 Juli 2025 — Di tengah debu-debu manja dari renovasi pendopo Desa Pecoro, yang bikin hidung gatel dan mata berkedip terus, ada kegiatan yang lebih ‘segar’ dari sekadar cat tembok baru: Ujian Kompetensi Kader Kesehatan (UKKK)!
Jangan salah, ini bukan ujian naik kelas ala anak SD, tapi ujian untuk membuktikan bahwa para kader posyandu dari Dusun Kandangan, Krajan, dan Bindung nggak cuma jago nyuapin balita atau ngatur antrean timbang badan, tapi juga punya ilmu yang mumpuni dan niat setinggi langit ketujuh.
Tercatat sekitar 40 peserta berkumpul sejak jam 8 pagi di Jl. Raya Jayanegara No.78, dengan wajah campuran antara semangat, deg-degan, dan… sedikit panik karena belum sarapan. Tapi ya begitulah, namanya juga perjuangan emak-emak demi kesehatan masyarakat.
Cindy dari Bindung: Ujian Ya Ujian, Tapi Tetap Senyum!
Salah satu kader bernama Cindy dari Dusun Bindung bilang sambil ngelap keringat, “Sebagai kader, siap nggak siap ya kudu siap, Mas. Kalau ini syarat jadi kader resmi, ya kita jalani. Toh kita udah banyak dibimbing puskesmas. Semoga lulus yaa… biar bisa makin mantap ngabdi ke masyarakat!”
Weleh, semangatnya lebih tinggi dari harga cabe rawit pas Lebaran. Di saat banyak yang pengen viral dengan joget-joget, Cindy dan teman-temannya lebih milih viral dengan prestasi kesehatan. Ini baru konten berfaedah, bukan konten rebahan.
Kades Mustofa Sobir: Kader Naik Level, Desa Ikut Naik Kelas
Di tengah kesibukan mastiin tukang nggak salah warna cat, Kades Pecoro Mustofa Sobir sempat ngomong ke media. Kata beliau, “Kami bersyukur Bapak Camat Rambipuji Djoni Nurjhahjanto SH dan pihak puskesmas bisa support kegiatan ini. Harapan saya, layanan posyandu di desa Pecoro makin mantap dan profesional.”
Weh, mantap Pak Kades! Jarang lho, kepala desa mikir soal peningkatan kapasitas kader. Biasanya yang dibahas cuma peningkatan anggaran kegiatan mancing. Tapi ini beda. Pecoro kayaknya udah siap naik panggung nasional sebagai desa ramah kader!
Tim Penguji Puskesmas: Kompak & Kompeten (dan Kayaknya Nggak Galak-Galak Amat)
Dari Puskesmas Rambipuji, hadir 7 penguji kesehatan level dewa:
1. Bu Gaduh (bidan, bukan nama suasana hati)
2. Bu Miesya Ummu Dita N
3. Bu Azizatul (alias Bu Lely KTU)
4. Bu Puji (PKM)
5. Bu Yunita (bidan lagi)
6. Pak Lutfi (PKM)
7. Pak Pras (perawat yang katanya senyumnya adem)
Mereka datang bawa materi macam Perkesmas dan Lansia, bikin ujian ini nggak cuma soal isi form dan hafalan, tapi juga soal hati yang siap melayani.
Kata Mas Deny, mantri yang biasanya ikut jadi penguji, “Kali ini saya libur dulu, Mas. Tapi tetap support! Kader-kader ini rata-rata berpengalaman, tapi aturan ya aturan: semua tetap harus ikut UKKK dulu biar sah!”
Gareng & Petruk Ngegosipin UKKK:
Gareng: “Ujian begini penting, lho, Truk. Biar kader posyandu nggak cuma jago timbang bayi, tapi juga ngerti ilmunya. Bukan sekadar ‘katanya’, tapi ‘inilah ilmunya’!”
Petruk: “Iya, tapi inget, Gar. Jangan sampe kadernya pintar, tapi anggaran posyandunya malah dicairkan buat beli cat rumah Pak RT. Hehehe…”
Pesan Moral dari Pecoro:
Di saat banyak yang sibuk debat di medsos soal politik tanpa solusi, para kader kesehatan di Desa Pecoro diam-diam ujian demi masyarakat. Mereka nggak minta sorotan, tapi layak dapat tepuk tangan.
Karena bagi mereka, “Skil tanpa nilai, kayak termometer tanpa baterai—nggak bakal bisa ngukur apa-apa.” Dan di Pecoro, dua-duanya ada: skill mumpuni dan nilai kemanusiaan yang tinggi.
#UKKKPecoro2025
#KaderKesehatanJember
#DariPecoroUntukIndonesia
#GarengPetrukLaporDariPendopoBerdebu















