Manado, Sulut Raya Hebring — Wahai para pembaca yang budiman dan budibodoh, mari kita duduk sebentar sambil menyeruput kopi pahit kehidupan. Kabar dari utara datang menggembirakan: Gubernur Sulawesi Utara, Pak Yulius Selvanus, bersama Wakil Gubernur-nya yang tak mau kalah santun, membagikan 66 ekor sapi kurban buat saudara-saudari Muslim kita jelang Idul Adha 1446 H.
Eh, bukan 66 per ekor, ya. Jangan salah baca. Ini beneran 66 sapi. Bukan kerbau politik, bukan kambing hitam, tapi sapi tulen, berdaging dan bertanduk, siap ditumbangkan demi cinta kasih dan solidaritas lintas iman.
Sapi Dipotong, Ego Harusnya Juga
“Tidak boleh ada warna, tidak boleh pilih-pilih!” kata Pak Gubernur dengan semangat seperti sedang orasi di mimbar keadilan. Wah, ini baru keren. Tapi semoga bukan cuma ucapan waktu kamera nyala dan mic menyala. Soalnya kadang, setelah kurban dipotong, justru egonya yang makin gemuk. Lha gimana, sapi yang disembelih, eh, malah baper yang subur!
Distribusi katanya merata, adil, dan penuh rasa. Yang belum pernah kebagian tahun kemarin, sekarang dijatah duluan. Ya syukurlah. Tapi mari kita tunggu, apakah “adil” di sini artinya adil beneran, atau “adil” versi kampanye: yang dekat-dekat dulu, yang jauh nanti nunggu pemilu?
Sapi Dari Presiden Juga Turun Gunung
Dari 66 ekor itu, ternyata 16 ekor kiriman dari Pak Presiden. Wah, istana juga turut andil! Tapi sejenak, mari kita renungkan, jangan-jangan sapi-sapi itu lebih sering turun ke rakyat daripada janji kampanye? Kalau sapi bisa protes, mungkin dia akan bilang, “Kurban terus tiap tahun, tapi kurangi dong penderitaan kami pas diangkut pakai truk jelek tanpa AC!”
Peternakan Masa Depan dan Sapi Australia
Hebatnya lagi, katanya Pemprov Sulut mau bikin peternakan sapi sendiri. Bahkan mau gandeng sapi dari Australia. Wah, sapi import, Bro! Tapi semoga bukan kayak proyek impian yang penuh seminar tapi nihil daging. Jangan sampai sapi-sapi dari Aussie itu malah lebih betah di sini ketimbang rakyat yang masih antre BLT.
Eh, Pak Gub, kalau peternakan dibangun, tolong pastikan bukan cuma investor yang kenyang. Pastikan juga petani lokal dapat jatah makan, bukan cuma ngeliat doang kayak mantan yang nikah sama orang lain.
Catatan Gareng: Sapi Kurban Adalah Cermin
Idul Adha itu bukan sekadar potong hewan, tapi potong ego, potong kepentingan, dan potong jarak antara penguasa dan rakyat. Kalau sapi sudah rela dikurbankan, masa iya pejabat enggan berkorban sedikit demi nurani? Jangan cuma bagi-bagi daging pas Idul Adha, tapi bagi keadilan juga sepanjang tahun.
Jadi, Pak Gub dan jajaran, makasih buat sapinya. Tapi tolong, jangan cuma sapi yang dibagi. Bagi juga rasa keadilan, pemerataan, dan kehangatan kebijakan. Supaya rakyat tidak cuma kenyang di perut, tapi juga di hati.
—
Akhir kata, salam dari Gareng Petruk: Kalau sapi bisa bicara, dia akan bilang: “Jangan cuma potong saya tiap Idul Adha, potong juga rasa egois dan ketimpangan sosial yang terus beranak-pinak!”
Merdeka!