Jember, GarengPetruk.com — Selasa, 5 Agustus 2025, menjadi hari yang tak biasa di Rumah Sakit Daerah Kalisat, Jember. Bukan karena pejabat berkunjung atau karena karpet merah digelar, melainkan karena ada ratusan mata yang akhirnya bisa melihat kembali dunia dengan lebih terang—berkat program Peduli Gus’e yang menggelar operasi katarak gratis bagi masyarakat kurang mampu.
Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian bakti sosial Gus’e Peduli 2025, yang telah menjadi ikon kepedulian sosial di Kabupaten Jember. Di tengah deru politik dan birokrasi yang kadang membosankan, hadir sebuah inisiatif yang nyata: menyembuhkan, bukan sekadar menjanjikan.
Lebih dari Seremoni, Ini Aksi Nyata
Acara yang digelar ini bukan panggung seremonial dengan sambutan berbunga-bunga dan foto bersama untuk media. Program Gus’e Peduli tak hanya menghadirkan operasi katarak. Ada juga layanan operasi bibir sumbing, pemberian kaki palsu gratis, hingga bantuan kesehatan lainnya yang menyentuh akar persoalan masyarakat.
Hadir dalam kegiatan ini berbagai tokoh penting: Sekretaris Daerah Kabupaten Jember, anggota DPRD, direktur rumah sakit, dan tokoh masyarakat. Bupati Jember, Muhammad Fawait, dalam pidatonya mengatakan, “Program Gus’e Peduli adalah bagian dari perjuangan kita mempertahankan Universal Health Coverage (UHC) di Jember. Semua masyarakat kini bisa berobat gratis di rumah sakit manapun.”
Nada pidatonya serius, namun sesekali terselip sindiran tajam: bahwa jangan sampai ibu-ibu melahirkan di kebun karena tak punya biaya, atau lansia buta hanya karena tak mampu bayar operasi katarak.
125 Pasien, Tapi Masih Banyak yang Mengantri Terang
Menurut dr. Ulfa Elifah, koordinator kegiatan, sebanyak 125 pasien menjalani operasi katarak hari itu. Jumlah yang besar, namun belum sebanding dengan daftar tunggu yang terus mengular. “Kami siapkan jadwal tambahan, bahkan akan melibatkan tiga rumah sakit lainnya di Jember agar semua bisa terlayani,” ujarnya.
Langkah ini adalah strategi darurat sekaligus cermin dari realitas: kebutuhan kesehatan rakyat lebih besar daripada kemampuan layanan yang tersedia. Di tengah keterbatasan, Gus’e Peduli tampil sebagai oase yang memberi harapan di tengah gurun permasalahan kesehatan yang kompleks.
Mata Terbuka, Hati Pun Tersentuh
Program ini lebih dari sekadar membuka mata secara fisik. Ia membuka mata hati: bahwa negara, pemerintah daerah, tenaga medis, dan masyarakat bisa bergandengan tangan untuk menuntaskan persoalan bersama. Bahwa pelayanan publik bukan hanya soal anggaran dan laporan tahunan, tetapi soal kehadiran nyata di tengah penderitaan rakyat.
Namun tentu, jalan masih panjang. Masalah stunting, kematian ibu melahirkan, hingga gizi buruk masih menjadi PR besar. Tapi setidaknya, lewat Gus’e Peduli, kita tahu: masih ada harapan, masih ada niat baik, dan masih ada orang-orang yang mau bekerja untuk sesama—tanpa banyak drama.
Dan mungkin, suatu hari nanti, Jember bukan hanya kota yang “peduli”, tapi benar-benar sehat, setara, dan bermartabat—dalam arti yang sebenar-benarnya.