Puger, 9 Mei 2025 – Di tengah sawah yang mulai merindukan hujan dan harga cabai yang masih bikin ibu-ibu olahraga jantung, Desa Grenden, Kecamatan Puger, sedang “panas” bukan karena cuaca, tapi karena rotasi jabatan Kasun Krajan II. Ya, betul. Jabatan kepala dusun, yang kalau diibaratkan drama sinetron, posisinya mirip tokoh utama: selalu jadi sorotan, bahkan kalau cuma salah parkir motor.
Pemeran utamanya? Tak lain dan tak bukan, Bu Painten. Sosok lama yang kini muncul kembali ke panggung. Bukan panggung dangdut, tapi panggung politik dusun. Dan seperti biasa, setiap kali tokoh lama muncul kembali, komentar warga pun ramai, dari warung kopi hingga grup WhatsApp RT. Katanya, “Trauma belum sembuh, eh sudah dikasih ulangan!”
Tapi tenang, Kades Suyono tidak tinggal diam. Jumat pagi, beliau menggelar musyawarah, yang konon levelnya hampir setegas sidang MK, tapi lebih pakai sandal jepit. Hadir juga BPD, tokoh masyarakat, dan perwakilan warga yang wajahnya antara serius dan curiga. Di forum itulah Suyono menyampaikan bahwa rotasi ini niatnya baik, kayak mantan yang bilang, “Aku berubah, beneran.”

“Rotasi ini bagian dari penataan. Tapi kami dengar kok suara masyarakat, dan kami paham masih ada trauma. Ini menjadi bahan evaluasi,” ujar beliau dengan nada yang lebih tenang dari suara jangkrik waktu PLN mati lampu.
Sementara itu, posisi Kasun Krajan II kosong setelah Pak Arief naik kelas jadi Kasih Pemerintahan. Tapi jangan salah, Pak Arief ini bukan kaleng-kaleng. Beliau berhasil garap 300 sertifikat tanah hanya dalam sebulan. Kalau saja kerjaan lain di birokrasi bisa secepat ini, mungkin jalan desa nggak akan lagi mirip sirkuit motocross.
Pemerintah desa pun terbuka membuka jalan damai: cari tokoh baru, cari yang bikin adem, bukan yang bikin trauma kambuh. Bahkan direncanakan akan ada pengumpulan aspirasi warga langsung—alias blusukan ala desa—tanpa gimmick kamera atau cuap-cuap di TikTok.

Kades Suyono, dengan gaya khas bapak-bapak penuh beban desa, juga sempat menyampaikan permintaan maaf kepada warga Krajan II. “Kami bukan malaikat. Tapi kami niat baik. Semoga musyawarah ini jadi awal yang baik, bukan drama part dua,” tutupnya.
Gareng & Petruk berkomentar:
Lha ini lho! Kasun kok kayak sinetron stripping, tiap musim ada plot twist. Tapi ya begitulah, demokrasi di desa tak kalah sengit dari pemilu pusat. Yang penting, semua sepakat: musyawarah itu jalan tengah, bukan jalan pintas apalagi jalan buntu. Jangan sampai yang dulu luka, sekarang jadi luka lagi. Wong desa itu tempatnya gotong royong, bukan gontok-gontokan!
Pesan moralnya?
Kalau trauma belum sembuh, jangan langsung dikasih mantan. Kalau warga belum siap, ya jangan maksa. Kalau bisa damai, ngapain cari ribut?
Salam damai dari Grenden: Kasun boleh ganti, tapi kerukunan jangan dibarter!
















