Di tengah zaman di mana anak-anak lebih akrab dengan TikTok daripada TTS, Padepokan Sastra Tan Tular datang membawa angin segar: sebuah acara literasi yang bukan cuma bikin pinter, tapi juga bikin hati meleleh.
Judulnya? “Baca Bersama dan Cerita Kenangan Masa Kecil dengan Buku”.
Waktu pelaksanaannya? Minggu, 15 Juni 2025, jam 13.00 – 15.00 WIB. Tempatnya? Jalan Wendit Barat No. 56–57, Mangliawan, Pakis, Malang.
Lokasi adem, cocok buat nostalgia dan ngademin isi kepala yang mulai penuh sama drama hidup.
Uniknya, ini bukan acara baca buku biasa. Nggak ada lomba cepat-cepatan nyelesaikan novel 500 halaman, nggak ada kuis berhadiah motor. Yang ada malah lebih mahal dari itu: cerita dari hati tentang buku masa kecil yang membekas di ingatan. Dari anak usia 10 tahun sampai “anak muda 30 tahun yang belum move on dari buku Lima Sekawan”, semua boleh ikut.
Acara ini bukan cuma mendengar cerita, tapi berbagi pengalaman tentang buku-buku yang pernah jadi sahabat hidup. Dari yang pernah nangis baca “Laskar Pelangi”, sampai yang dulu pura-pura paham cerita Mahabharata demi kelihatan keren di depan gebetan SD—semua boleh cerita.
“Kami ingin menciptakan ruang di mana setiap peserta bisa merasakan hangatnya cerita dan bukti nyata bahwa buku adalah jendela dunia,”
kata panitia acara, sambil merapikan rak buku dan mengintip isi kotak konsumsi.
Literasi itu bukan dekorasi seminar!
Gareng ngelus dada. Betapa acara begini jadi oase di tengah gempuran konten viral dan sinetron berkedok dakwah. Literasi itu bukan cuma pajangan di pidato pejabat, tapi bekal hidup supaya gak gampang disetir hoaks dan konten clickbait.
Sebab saat buku mulai dilupakan, ingatan kita pelan-pelan juga ikut lapuk. Maka Padepokan Tan Tular ini ibarat sumur jernih di tengah ladang kering, mengundang siapa saja untuk menimba makna.
Gratis, tapi bernilai tinggi
Iya, acara ini gratis, tapi jangan salah, nilainya setara dengan terapi nostalgia. Peserta cukup bawa buku favorit masa kecil dan cerita yang siap dibagikan. Tapi karena tempat terbatas, panitia minta para peminat daftar dulu di:
👉 https://tinyurl.com/BacaBersamaBukuAnakPST
atau bisa juga lewat QR code yang ada di poster resmi mereka. Gak usah takut ribet, panitianya ramah, gak kayak CS pinjaman online.
Pesan moral dari Petruk
Gareng cuma bisa berharap: semoga acara ini bukan jadi kenangan sekali lalu, tapi gerakan yang terus mengalir. Biar anak-anak nggak cuma tumbuh jadi pengguna gadget, tapi juga pecinta kisah dan pencipta cerita.
“Membaca buku itu seperti membaca hidup: kadang nggak tahu ujungnya, tapi tetap ingin terus membuka halamannya,”
begitu kata Gareng, yang dulu belajar membaca dari papan petunjuk di angkot.
Penutup ala Petruk
Maka, wahai kalian para mantan bocah dan calon bijak bestari, mari hadir dan ikut merayakan hari anak dengan cara yang tak biasa. Kita berbagi, kita tertawa, kita mengenang, agar anak-anak tahu bahwa buku tak pernah tua, dan cerita tak pernah selesai.
“Tak semua cerita harus berakhir bahagia, tapi semua buku layak diceritakan, agar tak mati sia-sia.”
— Petruk, filsuf pinggiran yang doyan baca, walau kadang lupa ngembaliin.
Sampai jumpa di Padepokan Sastra Tan Tular.
Jangan lupa bawa buku, dan hati yang siap untuk tersentuh.
















