Bandung, 25 Juni 2025 – Ada kabar gembira dari Jatinangor, saudara-saudara! Bukan, bukan kabar diskon tahu Sumedang atau cicilan motor syariah. Tapi soal koperasi! Ya, koperasi, si lembaga tua yang sering dianggap seperti sandal jepit di depan masjid—ada, tapi jarang diperhatikan.
Tapi sekarang, koperasi itu digosok sama Menkop Budi Arie, dan jreng! keluarlah program baru: Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (Kopdes/Kel MP). Targetnya? Gak main-main, 80.000 unit di seluruh Indonesia. Masyaallah, ini jumlahnya hampir sama kayak jumlah quotes bijak di status WhatsApp mantan.
“Program ini inisiatif Presiden Prabowo. Kita jadikan koperasi sebagai pusat ekonomi lokal,” kata Menkop Budi Arie sambil mantap di podium IPDN, Jatinangor. Aura kebijakan terpancar, walau kita tahu, rakyat lebih paham harga cabai ketimbang kata “terpadu dan efektif”.
Koperasi Rasa Starbucks
Kopdes/Kel ini bukan koperasi zaman dulu yang cuma jual beras, kasbon sabun, terus bubar gegara pengurusnya kabur bawa uang arisan. Ini katanya koperasi modern. Ada gerai sembako, apotek, klinik, gudang, bahkan katanya bisa jadi saluran gas elpiji dan pupuk.
Wah, dari urusan LPG sampai luka tersayat cinta—eh maksudnya luka kena arit—semua bisa ditangani di satu tempat. Ini koperasi apa convenience store rasa nasionalisme?
Tengkulak Mulai Deg-degan
Menteri Budi Arie juga mengibarkan bendera perlawanan terhadap tengkulak. Ya, tengkulak, makhluk mitologi ekonomi pedesaan yang suka beli murah dan jual mahal sambil pakai sandal swallow.
“Kopdes/Kel Merah Putih akan memperpendek rantai distribusi!” ujar Menkop.
Akhirnya, petani bisa jual beras tanpa lewat 17 tangan makelar yang lebih licin dari jalanan habis hujan. Bayangkan, petani panen, langsung kirim ke koperasi, konsumen beli, semua happy. Seperti kisah cinta yang tanpa drama mertua dan cicilan KPR.
Dari Padi ke Pusat Data
Selain jualan, koperasi ini juga jadi lembaga keuangan, logistik, dan pusat konsolidasi produk desa. Waduh, ini koperasi atau startup berbasis desa dengan algoritma kearifan lokal?
Dan hebatnya, semua dikelola masyarakat. Ditegaskan Menkop: “Dikelola masyarakat, untuk masyarakat, diawasi masyarakat.”
Ini baru keren. Koperasi rakyat, bukan koperasi elite yang pengurusnya kayak nama band: “Dewa Duluan, Rakyat Ketinggalan”.
Indonesia Emas 2045: Bukan Mimpi di Siang Bolong
Katanya lagi, ini semua bagian dari Astacita—strategi menuju Indonesia Emas 2045. Bukan emas imitasi, bukan pula angan-angan pengangguran. Tapi benar-benar target strategis untuk swasembada pangan dan ekonomi merata.
Jadi, jangan kaget kalau nanti anak-anak desa bukan cuma jago main Mobile Legends, tapi juga ngerti neraca keuangan koperasi.
Catatan Gareng Petruk:
Kang, ini program serius. Lucu-lucu kita ngomongin, tapi jangan dianggap lelucon. Karena kalau petani kita masih jadi korban tengkulak dan harga pupuk kayak harga tiket konser K-pop, kita bakal terus miskin bareng sambil ngopi di warung sambil bilang, “Kumaha ieu Pemerintah?”
Nah ini, justru sekarang pemerintahnya piye to yang harus kita dukung. Tapi tetap kita awasi. Biar gak jadi proyek yang cuma bagus di presentasi PowerPoint, tapi zonk di lapangan kayak stadion gak jadi-jadi.
Akhir kata, mari kita nyangkul dengan senyum, bergotong royong dengan koperasi, dan berpikir dengan kepala dingin (kalau bisa sambil makan gorengan).
Salam dari Gareng, yang masih percaya bahwa ekonomi rakyat bukan dongeng pengantar tidur, tapi PR harian bangsa yang harus diselesaikan sebelum ayam berkokok lagi.
Sumber :
Bandung, 25 Juni 2025 Humas Kementerian Koperasi Medsos resmi: @kemenkop