Jember, garengpetruk.com — 14 Juni 2025
Wahai para pembaca budiman dan budimati,
Kabar gembira dari pelosok timur Jawa datang menyapa. Pagi yang cerah menyengat—panasnya bukan main—tapi tak menyurutkan semangat bocah-bocah TK yang wajahnya masih bau bedak tabur dan bekas susu kotak, untuk merayakan Gebyar Hari Anak Nasional di alun-alun Rambipuji.
Acaranya? Jangan dikira cuma joget-joget cilik ala TikTok. Ini gegap gempita! Dari senam massal sampai pentas unjuk gigi. Dari bocah cengengesan sampai emak-emak semangat 45 ikut goyang sehat. Bahkan si Bapak diam-diam nonton sambil ngelap keringat dan nyruput kopi Samsul.
“Ini hari bocah, tapi yang panen malah pedagang,” begitu celoteh tetangga sebelah. Dan benar juga, Mas Samsul, pedagang kopi, es, dan nasi bungkus, senyum-senyum kayak dapat undian haji plus.
> “Biasane jualan habis jam 11 siang, ini jam 9 wis ludes! Nasi bungkus 150 habis diborong emak-emak pejuang TK, esnya juga diserbu anak-anak kayak nyamuk lihat lampu neon,” ujar Mas Samsul sambil menyeka peluh dan menyiapkan es batu ronde kedua.
Rakyat kecil cuan, ekonomi kerakyatan menggeliat. Bukan karena kebijakan pemerintah, tapi karena bocah TK disuruh tampil menari. Inilah bukti nyata, bahwa kalau mau ekonomi rakyat bergerak, jangan cuma panggil investor, tapi panggil juga emak-emak dan anak TK!
—
Panggung Lugu Penuh Makna
Ibu Nur Halimah, emak siaga satu, tak mau kalah. Hari ini dia merasa lebih dari sekadar ibu rumah tangga. Dia adalah koreografer senam merdeka, pemandu sorak, sekaligus logistik dadakan.
> “Badan jadi sehat, pikiran waras, dan bisa ketawa bareng ibu-ibu lain. Anak-anak seneng, emak-emak seger. Bonusnya: belanjaan habis, rejeki pedagang mengalir,” katanya sambil membenahi kerudung yang sempat miring gara-gara joget poco-poco.

—
Panitia Pun Ikut Senang
Bu Nila, tokoh sentral IGTKI—yang kalau anak-anak itu bunga, dia mungkin pupuk komposnya—menjelaskan dengan penuh semangat:
> “Kegiatan ini adalah puncak dari serangkaian acara sejak minggu lalu. Ada lomba-lomba, sampai gebyar besar hari ini. Dana sekitar 7 juta, murni dari gotong royong orang tua, guru, IGTKI, dan sponsor. Kami ucapkan terima kasih ke semua pihak—terutama sponsor, PT. INACO, Madu TJ, dan Madu Nusantara. Kalau tanpa madu dan nata de coco, mungkin acaranya jadi kurang manis,” katanya dengan bangga.

—
Sindiran Manis dari Gareng
Nah lho, sekarang bagian Petruk dan Gareng mau nimbrung:
Acara anak-anak begini malah lebih bikin rakyat bahagia ketimbang debat Capres yang isinya saling sikut tapi rakyat tetap makannya mie instan.
Coba pikir, 1400 peserta hadir, dari bocah sampai bapak Babinsa. Tak ada anggaran APBD, tak ada proposal tebal. Tapi acara meriah, rakyat senang, pedagang kenyang. Lha ini panitianya tahu caranya bikin acara: melibatkan rakyat, bukan menyedot dana.
Sungguh ini pelajaran penting buat para pejabat:
Kalau mau bikin acara, jangan cuma undang artis ibukota dan sewa panggung milyaran. Cukup kasih panggung buat rakyat kecil, hasilnya: tawa, cuan, dan semangat gotong royong yang nyaris punah dimakan subsidi fiktif.

—
Akhir Kata dari Petruk:
> “Anak-anak tampil, emak-emak senam, pedagang cuan, rakyat senang. Ini bukan cuma acara Hari Anak Nasional, ini hajatan rakyat yang ngasih contoh: kalau semua saling gandeng tangan, yang kecil bisa besar, yang besar bisa rendah hati. Ya Allah, semoga yang di Senayan baca berita ini.”
Salam senam sehat, salam nasi bungkus hangat,
Gareng & Petruk, mewakili suara rakyat yang suka becanda tapi serius mikirin masa depan.
—
📝 Wartawan: Wito
✂️ Editor: Redaksi GP Jember – di mana satire, cinta rakyat, dan segelas kopi selalu bersatu.
—
Tagar: #HariAnakNasional #RambipujiHebat #UMKMBergerak #AnakBahagiaNegaraSejahtera #GarengPetrukNews















