Jakarta, Angkringan Republik –
Kabar anyar dari jagat birokrasi negeri. Bukan sinetron, bukan pula drama Korea, tapi tetap bikin dada berdebar dan dahi mengerut: Pak Kapolri menunjuk Novel Baswedan jadi Wakil Kepala Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara!
Iyo, mas! Sing bener wae, lho. Si mas berkacamata, yang dulunya rajin menyapu korupsi kelas kakap di KPK, kini “turun gunung” bukan bawa keris, tapi bawa spreadsheet dan semangat antikorupsi buat ngitung duit negara yang bocor sana-sini kayak ember bolong kena kutuk mantan.
> “Wis wayahe wong lurus-lurus dikasih panggung maneh!” – kata Pakde di warung kopi, sambil nyruput kopi tubruk, percaya setengah, kaget separo.
—
Satgassus: Singkatan Atau Sindiran?
Satgassus, alias Satuan Tugas Khusus Optimalisasi Penerimaan Negara, ini bukan sembarang tim. Mereka bukan pasukan Avengers, tapi kalau berhasil, bisa nyelametin APBN dari ulah para penghisap negara berseragam tuksedo. Kepala timnya, Herry Muryanto, dulunya juga jebolan KPK. Kombinasi Herry dan Novel? Cocok! Satu nginceng, satu nyundut.
Tapi jangan senang dulu. Lha wong ngurus duit negara itu kayak ngurus sawah yang kebanjiran belut. Disiram anggaran, yang panen justru makelar proyek.
—
Dari Pemberantasan Korupsi ke Penerimaan Negara
Langkah Kapolri ini sakjane patut diapresiasi. Novel bukan sekadar penyidik, tapi simbol perlawanan terhadap mafia-mafia licin yang kalau jalan tak terdengar, tapi dompetnya berbunyi kayak kasir swalayan.
> “Dulu dia ngusut korupsi, sekarang bantu negara ngisi pundi-pundi. Artinya apa? Pemerintah mulai sadar: yang bisa mencegah kebocoran ya yang dulu kerja ngeringet nutupin lobangnya.”
– kata Mbah Petruk, sambil garuk-garuk kepala botaknya yang selalu berpikir keras tapi nggak pernah digaji negara.
—
Misi: Menyelam ke Laut, Menyaring Uang
Tugas Novel dan kawan-kawan nggak main-main. Mereka blusukan ke Pelabuhan Mayangan, lalu ke Benoa. Bukan buat plesiran atau mancing cumi, tapi buat ngitung, kenapa ikan yang keluar banyak, tapi duit masuk sedikit.
Hotman Tambunan dari Satgassus sektor perikanan bilang, “Potensi laut kita gede, tapi kenapa PNBP-nya kecil? Mungkin banyak nelayan-nelayan siluman!”
Atau bisa jadi, banyak “kapal besar” yang nggak pernah ditimbang, tapi hasilnya nyelonong keluar negeri pakai bendera negara sebelah. Lah ini, negara kebagian cuma baunya.
—
Sindiran Santun Buat Negeri Kaya Tapi Bokek
Gareng ora nyindir, cuma ngingetin: Negara ini kaya luar biasa. Gunungnya emas, lautnya intan. Tapi penerimaannya? Kadang lebih mirip kotak amal di musala—penuh harapan tapi sering bolong bawahnya.
> “Kalau Novel Baswedan saja akhirnya dipercaya ngurus penerimaan negara, itu artinya pemerintah mulai sadar: duit bocor bukan cuma soal pajak, tapi juga soal moral yang rembes di tikungan.”
—
Semoga Ini Bukan Sekadar Gimmick
Tapi yaaa… jangan juga ini cuma gincu politik. Jangan sampai Novel digandeng cuma buat poles citra, biar kelihatan serius tapi nggak sampai jero.
Gareng cuma mau bilang:
> Mundur bukan berarti kalah, dan diangkat bukan berarti benar. Tapi kalau niat lurus dan kerja tuntas, rakyat bisa senyum, meski belum makan kenyang.

—
Akhir kata,
Selamat bertugas, Mas Novel. Jangan mau digunting kertas birokrasi. Rakyat di belakangmu, meski sering cuma bisa nonton sambil makan mi instan.
Kalau Satgassus bisa beneran jadi benteng duit negara, Gareng rela jual celana buat traktir kopi Kapolri. Tapi kalau cuma gimik, siap-siap dapat sajak sarkas tiap malam Jumat dari rakyat yang makin pintar dan makin lapar.
—
Ditulis di atas tikar lusuh, di warung pojokan Nusantara.
Oleh: Gareng Petruk, lulusan S3 – Sekolah Sakitnya Sak Udele Rakyat.
—
Mau lucu tapi serius, ini negeri kita. Mari ngopi, sambil mikir, jangan cuma ngeluh.















