Klaten, Jawa Tengah – Dalam suasana yang lebih panas dari ujian nasional, Forkopimda dan BPIP Klaten bikin gebrakan gaya anyar: “Goes to School”! Bukan buat nge-dj di lapangan voli, tapi buat nyebarin cinta tanah air lewat Pancasila ke 15 SMA dan SMK se-Klaten, Senin (16/6) hingga tiga hari ke depan. Tiga hari, lho. Bukan tiga menit kayak baca Pancasila pas upacara, trus lupa lagi.
Bupati Klaten, Mas Hamenang Wajar Ismoyo, tampaknya sudah naik pangkat jadi “Duta Pancasila” versi lokal. Beliau menyampaikan pesan yang rada filosofis tapi tetap membumi, “Kalau kita enggak pegang teguh empat pilar kebangsaan, nanti Indonesia emas bisa berubah jadi Indonesia cemas.”
Wah, ini quotes yang cocok buat jadi status WhatsApp guru BK, ya?
—
Pancasila Masuk Sekolah: Edukasi atau Eksperimen?
Bayangkan ini: pagi hari, siswa datang ke sekolah dengan semangat setengah nyawa, eh disambut Forkopimda dan BPIP. Kirain mau razia rambut gondrong, ternyata mau ngajari soal ideologi negara. Kaget? Tentu. Tapi antusias? Kata berita sih begitu.
Forkopimda datang bukan cuma bawa pidato, tapi juga membawa pesan moral: “Jangan nakal, cintai Pancasila, dan bersiaplah menyambut Indonesia emas!”
Hmm. Indonesia emas? Kalau sekolah masih bocor, sinyal WiFi lemah, dan jajan cilok lebih cepat masuk ketimbang literasi digital, jangan-jangan yang jadi emas cuma harga sembako?
—
Empat Pilar, Tapi Dinding Sekolah Masih Retak
Empat pilar bangsa: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Tapi, kadang empat pilar itu terasa lebih kuat dari tiang bendera sekolah. Ironis? Iya. Tapi lucu juga. Pemerintah turun ke sekolah-sekolah ngajari Pancasila, sementara sebagian siswa masih bingung bedain “gotong royong” dengan “kerja kelompok (tapi yang kerja cuma satu orang)”.
Kegiatan ini memang niat mulia, tapi semoga jangan berhenti di seremoni dan dokumentasi. Jangan-jangan habis acara, balik lagi ke rutinitas lama: guru sibuk ngisi absensi, murid sibuk nyari colokan buat ngecas HP.
—
Indonesia Emas: Harapan atau Hiburan?
Bupati bilang: “Kami menjadi jembatan agar mereka lebih siap menjadi Indonesia emas.”
Wah, kalimat ini berat. Kalau jembatannya rapuh, yang nyebrang bisa jatuh. Kalau harapan pemuda tak didengar, jangan salahkan kalau nanti Indonesia emas cuma jadi mimpi dalam presentasi PowerPoint.
Kata BPIP, Pancasila itu bukan sekadar hafalan, tapi pedoman hidup. Tapi kalau masih ada siswa yang nulis “Pancasila sila ketiga: Persatuan Indonesia” di caption TikTok sambil joget, ya itu artinya PR kita masih banyak.
—
Akhir Kata dari Gareng
Kalau Forkopimda dan BPIP Klaten niat benar menyemaikan Pancasila, jangan cuma datang, pidato, lalu pulang naik mobil dinas dingin AC. Cobalah duduk bareng di warung, ngobrol sama anak-anak yang nongkrong di pojokan sekolah. Tanya, “Kamu tahu nggak sila kelima itu apa?”
Kalau dijawab, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat +62,” nah, itu baru keren. Artinya mereka melek Pancasila dan paham realita.
Selamat berjuang, Klaten. Semoga Pancasila bukan cuma jadi pelajaran, tapi jadi perilaku harian.
Dan ingat, Indonesia emas itu bukan logam mulia, tapi generasi muda yang enggak mudah dibodohi.
—
Eko Setyo Atmojo, disunting gaya oleh Gareng Petruk — karena berita tanpa sindiran itu kayak tahu bulat tanpa mercon: hampa!