Gareng: “Truk, aku heran, kenapa ya bakso di warung Bu Sarti sekarang kecil-kecil tapi harganya kayak tiket konser K-Pop?”
Petruk: “Itu, Le, namanya inflasi! Tapi tenang, kata Karl Marx, itu semua akibat ulah kaum borjuis yang nguasai alat produksi. Bakso pun dijadikan alat akumulasi modal!”
Gareng: “Lha, trus proletar kayak aku ini dapatnya cuma kuah?”
—
Ketimpangan: Dari Buku ke Perut
Dalam teori Karl Marx, masyarakat terdiri dari dua kelas utama: borjuis (yang punya) dan proletar (yang kerja rodi). Tapi kalau di kampung kita, borjuis itu yang bisa parkir Alphard depan minimarket dan beli cilok seratus ribu, sementara proletar? Ya, kita ini… ngantri minyak goreng dan berharap dapat amplop pas pemilu.
Petruk: “Gareng, ini bukan cuma teori. Lihat tuh, anak-anak kampus demo soal UKT naik. Katanya pendidikan buat semua, tapi yang daftar harus bawa surat tanah!”
Gareng: “Lha kok jadi kayak beli rumah subsidi? Emangnya belajar butuh notaris?”
—
Kapitalisme di Warung Kopi
Kapitalisme katanya sistem yang mendorong kreativitas dan pertumbuhan ekonomi. Tapi realitanya? Tumbuh subur kesenjangan, dari status sosial sampe harga parkir mall.
Gareng: “Petruk, kenapa ya kafe di kota makin banyak, tapi yang ngopi tetep kita-kita juga?”
Petruk: “Karena kapitalisme itu unik, Le. Orang susah disuruh gaya, orang kaya makin tenang, sementara petani penghasil kopi malah minum air sumur.”
Dan jangan lupa iklan kopi kekinian: “Dari petani langsung ke gelasmu”—tapi nggak bilang kalau petaninya dapat cuma 3 ribu per kilo.
—
Solusi ala Gareng-Petruk
Alih-alih revolusi berdarah kayak yang dibayangkan Marx, kita usulkan solusi revolusi senyuman:
Ngopi sambil mikir (jangan cuma posting)
Belajar sosiologi bukan buat debat medsos, tapi paham realitas
Dukung UMKM, bukan cuma ‘checkout’ produk luar
Gareng: “Petruk, revolusi itu nggak harus marah-marah.”
Petruk: “Bener, Le. Kadang cukup dengan bertanya, ‘Kenapa sih harga cilok naik terus padahal ukurannya makin imut?’”
—
Penutup:
Sosiologi bukan sekadar mata kuliah atau tugas esai. Ia adalah cara melihat dunia dengan kacamata kritis, tapi tetap santai kayak ngopi di beranda. Mari jadi warga negara yang peka, bukan cuma yang suka ‘skip ad’.
Gareng: “Jadi, Le, sosiologi itu…”
Petruk: “…ilmu yang ngajari kita mikir, sebelum dompet makin tipis!”