SURABAYA – Mulai sekarang, siapa pun yang lihat anak-anak keluyuran di atas jam 10 malam di Surabaya, bisa lapor, bukan cuma ke pak RT, tapi juga ke tim patroli khusus bentukan Pemkot. Berdasarkan Surat Edaran Wali Kota tanggal 20 Juni 2025, jam malam untuk anak-anak di bawah 18 tahun resmi diberlakukan. Pukul 22.00 sampai 04.00 WIB, anak-anak wajib pulang. Titik.
Alasannya mulia: demi perlindungan, tumbuh kembang, dan menjauhkan generasi muda dari kenakalan malam yang sering kali lebih gelap dari kopi tubruk tanpa gula. Tapi buat sebagian anak muda, ini ibarat sinetron re-run: udah tahu ending-nya, tetap disuruh nonton.
“Kami ingin anak-anak Surabaya tidur cukup dan jauh dari bahaya,” ujar seorang pejabat sambil nyari sinyal buat video call anaknya yang katanya “mau belajar kelompok”, tapi ternyata lagi karaoke di kafe.

Jam Malam: Bukan Zaman Kegelapan, Tapi Juga Bukan Jam Main PUBG
Tenang, ini bukan peraturan anti-anak bahagia. Ada pengecualian kok:
Kalau ikut kegiatan sekolah resmi (bukan nongkrong pakai seragam).
Kegiatan agama dan sosial (asal nggak disalahgunakan buat alasan cabut).
Keluar bareng orang tua atau wali (asli, bukan teman yang ngaku keluarga jauh).
Situasi darurat (misal, sakit, banjir, atau kehabisan kuota tengah malam).
Dan kegiatan yang sudah disetujui orang tua.
Kalau ketahuan masih keluyuran di jam keramat itu, anak-anak bakal “dijemput penuh kasih sayang” oleh tim gabungan yang lebih sigap dari tim satgas ujian nasional. Nanti dipulangkan sambil difoto bareng orang tua—bukan buat Instagram, tapi buat dokumentasi RW.

Larangan-larangan yang Bisa Jadi Wallpaper HP Anak
Di atas jam 10 malam, anak-anak dilarang:
Nongkrong sendirian tanpa pengawasan.
Berkerumun di tempat umum seperti taman atau pinggir jalan sambil debat soal zodiak.
Gabung komunitas rawan: gangster, balap liar, punk liar, komunitas “anak senja ngopi nggak pulang-pulang”.
Nongkrong di warung kopi, warnet, atau arena game online (karena katanya rank bukan ukuran prestasi).
Sanksinya persuasif—tapi tetap aja bikin deg-degan. Mulai dari pembinaan, masuk program Rumah Perubahan atau RIAS (Rumah Ilmu Arek Suroboyo), sampai melibatkan orang tua ikut kelas parenting alias belajar ulang jadi bapak-ibu kekinian.
Orang Tua Juga Kena “Jam Belajar Ulang”
Kalau anaknya melanggar, orang tuanya nggak bisa cuma bilang, “Maaf, saya kerja.” Langsung dapat undangan spesial: ikut kelas parenting. Belajar gimana caranya ngerti anak, ngawasi anak, sampai mungkin cara menyamar jadi temannya biar bisa pantau lebih dekat.
Ketua RT, RW, Kader Surabaya Hebat, lurah sampai camat siap mantau. Program Siskamling diaktifkan lagi, bukan buat nyari maling, tapi nyari anak yang nyasar. Jangan heran kalau nanti ada bapak ronda sambil bawa catatan, “Anak Pak Slamet jam 22.15 masih di warung, minum es teh.”
Cita-cita Surabaya Jadi Kota Layak Anak: Tapi Anak-Anaknya Juga Layak Bahagia
Kebijakan ini bagian dari misi mulia: menjadikan Surabaya sebagai Kota Layak Anak. Tapi jangan sampai anak-anak dipaksa pulang cepat, tapi di rumah malah kesepian, kesundulan drama keluarga, atau makin tenggelam di gawai.
Kata Gareng: “Anak sekarang dilarang keluar rumah, tapi bisa keluyuran ke mana-mana lewat layar 6 inci.”
Kata Petruk: “Betul, rek. Jam malam bisa jaga badan, tapi siapa yang jaga isi kepala?”
Jangan Cuma Jaga Kaki Mereka, Tapi Juga Jagalah Mimpi dan Isi Kepala
Jam malam bukan akhir dunia, tapi bisa jadi awal perenungan. Kita jaga anak-anak bukan cuma dari jalanan, tapi juga dari kegelapan pikiran, kesepian, dan kehilangan arah. Anak bukan cuma butuh aturan, tapi juga pelukan. Bukan cuma larangan, tapi juga teladan.
Dan buat para petugas patroli, kalau ketemu anak baca buku di trotoar, jangan buru-buru dibawa pulang. Siapa tahu itu bibit sastrawan masa depan. Tapi kalau ketemu anak sambil ngerokok dan debat soal “geng siapa yang lebih keren”, ya bolehlah ditegur sambil dikasih permen dan wejangan.
Surabaya maju, tapi jangan lupa: anak-anaknya bukan robot. Mereka tumbuh, bertanya, dan butuh ruang. Bukan hanya dijaga, tapi juga diajak bicara.
garengpetruk.com – Kadang kita harus tertawa dulu, biar bisa serius tanpa marah-marah.















