Rambipuji – Balai desa biasanya tempat warga mengurus surat pengantar kawin, atau kadang cuma numpang WiFi sambil ngecas HP. Tapi pagi itu, 18 Juni 2025, suasana jadi beda total. Balai desa Rambipuji mendadak disulap jadi “Kampus Sehat Nasional III” versi lokal—lengkap dengan 75 “mahasiswa” dari berbagai dusun yang siap diuji kelayakan sebagai Kader Kesehatan. Nggak tanggung-tanggung, dosennya datang dari Puskesmas Rambipuji dan kecamatan. Serius tapi santai. Lucu tapi penting.
Pagi Cerah, Semangat Kader Cerah-Cerah Keren
Sejak pukul 07.00 WIB, ibu-ibu dan bapak-bapak berkumpul dengan semangat menggelora, mirip suasana sidang skripsi tapi lebih merakyat. Ada yang bawa buku catatan, ada yang bawa kipas tangan. Ujian ini bukan sekadar formalitas, tapi bentuk nyata dari komitmen warga Rambipuji: “Ngabdi ning rakyat, sakloron sak sehat.”
Rudi Kantona: The Logistic Hero
Rudi Kantona, perangkat desa yang kalau urusan gotong meja dan nyiapin kursi udah kayak superhero lokal, bilang bahwa kegiatan ini sesuai arahan dari Ibu Kades Dwi Diyah Setyorini. “Kami selalu welkam untuk kegiatan yang manfaat. Kalo acara sehat-sehat gini, ya kami makin semangat bantuin. Kan demi kebaikan warga semua,” celetuk Rudi sambil senyum penuh bangga.
Rudi memang bukan dokter, tapi hatinya selalu siaga gawat darurat untuk bantu warga. Bahkan, katanya, meja dan kursi pun ikut doakan para kader biar lulus uji kelayakan. Wani!
Lilik dari Krajan: Semangat 45 Versi Posyandu
Lilik, salah satu kader dari dusun Krajan, ngomong dengan semangat yang bisa bikin keringat pun bertepuk tangan, “Anggep aja ini sekolah lagi. Meskipun umur nggak muda, semangat harus kayak anak muda. Yang penting kami layak, dan bisa bantu masyarakat. Titik.” Katanya sambil menirukan gaya orasi Bung Karno (versi sambil ngipas).
Lilik juga ngutip semboyan sang Kades yang viral di grup WA emak-emak Posyandu: “Ojo pernah leren dadi wong apik.” Wah, nylekit tenan. Bahasa kerennya, “Jangan pensiun jadi orang baik.” Di tengah zaman konten prank dan endorse racikan abal-abal, semboyan ini kayak oase di tengah TikTok.
Deni Sang Penguji: “Kader Kudu Apik, Ora Cukup Modis”
Deni, petugas dari Puskesmas Rambipuji, mengungkapkan bahwa uji kelayakan ini nggak sekadar cari-cari nilai, tapi ngajari kader supaya bener-bener paham tugas. Ada tes tulis, wawancara, sampai sesi ‘ngabdi pada masyarakat’—yang artinya kudu siap keliling dari rumah ke rumah, dari bayi gendong sampai manula suntik, dari dusun Kaliputih sampai Gudangkarang.
Bayangno, satu dusun bisa punya 2-3 Posyandu, dan tiap Posyandu ada 5 kader. Ini bukan sekadar angka, ini pasukan jaga kesehatan yang lebih solid dari Satuan Pengamanan perumahan elit. Cuma bedanya, mereka bawa timbangan bayi, bukan pentungan.
Gareng Petruk: Kritik Mbois ala Desa
Eh ya, jangan dikira uji kelayakan ini cuma euforia seremonial. Di tengah semangat kader-kader ini, Gareng dan Petruk tak bisa menahan komentar khasnya:
“Coba ya, DPR disuruh ikut uji kelayakan kayak gini. Biar ngerti rasanya mikir rakyat, bukan cuma mikir jatah! Kader desa ini aja semangat belajar walau tanpa amplop, lha kok sampeyan malah rajin absen dan rajin main proyek?” — kata Petruk sambil melempar kipas dari daun lontar.
Gareng nimpali,
“Lah iya, Mas Petruk. Di sini, kader diuji demi sertifikat buat melayani masyarakat. Di sana, malah sertifikat dipake buat jual beli jabatan. Duh Gusti, kapan lurusnya…”
Akhir Kata: Keren, Sehat, Merakyat!
Pelaksanaan uji kelayakan kader kesehatan ini bukan cuma keren, tapi jadi potret bahwa desa Rambipuji punya masa depan sehat yang dirawat dari sekarang. Dari balai desa yang sederhana, lahir kader-kader hebat yang bukan cuma paham timbang bayi, tapi juga timbang hati dan niat.
Bravo buat para kader! Semoga kelayakanmu tak hanya tercetak di kertas, tapi juga hidup di tindakan. Seperti kata pepatah Gareng: “Wani waras, kudu wani waraske.”
garengpetruk.com | Bukan Sekadar Berita, Tapi Sindiran Penuh Makna
(disunting dengan penuh cinta oleh Tim Gareng Petruk Biro Jatim)