Dari Negeri Angkor Wat yang katanya penuh senyum, kini pulanglah seorang putra bangsa dalam diam. Rizal Sampurno, 30 tahun, warga GG Mawar RT 003 RW 001, Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, kembali ke tanah air. Sayangnya, bukan untuk bawa oleh-oleh sabun hotel dan kaos oblong murah, tapi dalam keadaan sudah terbujur kaku. Pulang bukan karena rindu, tapi karena takdir.
Jenazah Rizal diberangkatkan dari Sihanoukville, Kamboja—yang akhir-akhir ini lebih terkenal sebagai ladang penipuan dan perdagangan manusia daripada tempat wisata. Minggu diberangkatkan, Senin jam 21.00 WIB sampai di Bandara Internasional, langsung digotong pakai ambulans RS Genteng. Kalau bisa pulang selamat, siapa sih yang mau pulang pakai peti?

Sholat Jenazah dan Iring-Iringan Duka
Pukul 00.08 WIB dini hari, jenazah disholatkan. Prosesi pemakaman berlangsung di TPU Sukowidi. Hadir lengkap, mulai dari Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan yang diwakili Plt. Amir Hidayat, Kapolsek Kalipuro AKP Satrio, Babinsa, hingga para sesepuh kecamatan. Lengkap bak acara tujuh belasan, hanya saja kali ini tanpa lomba balap karung.
Tangis keluarga dan warga sekitar mengiringi kepergian Rizal ke peristirahatan terakhir. Semua berharap amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT dan dosanya diampuni. Aamiin, tapi juga jangan lupa: semoga yang masih hidup bisa lebih peduli.
Kisah Miris yang Biasa Terjadi tapi Dianggap Luar Biasa
Rizal adalah satu dari sekian banyak warga Indonesia yang terjebak dalam praktik perdagangan manusia berkedok kerja di luar negeri. Ya, pekerjaan di luar negeri kadang terdengar lebih seksi daripada kerja di negeri sendiri. Padahal ujung-ujungnya malah jadi korban tipu-tipu mafia kerja palsu, yang kerjanya lebih lincah dari tuyul berijazah.
Bekerja sebagai TKI seharusnya bisa jadi sumber penghidupan, bukan malah jadi akhir kehidupan. Negara? Oh, negara katanya hadir. Tapi biasanya datang setelah viral, bukan sebelum masalah muncul. Untungnya, keluarga Rizal mengucapkan terima kasih pada pemerintah yang telah memulangkan jenazah. Ya, syukur ada yang pulang. Banyak yang lain, kabarnya cuma jadi debu dalam cerita WhatsApp.

Kritik dalam Duka: Jangan Cuma Sibuk Seremoni, Lupa Solusi
Setiap kali ada kasus seperti ini, deretan pejabat datang pakai mobil dinas, nunduk-nunduk pas doa, foto bareng, lalu pulang. Tapi, pertanyaannya: kapan masalahnya dituntaskan dari akar? Kapan perekrutan liar ditertibkan? Kapan edukasi masyarakat soal kerja luar negeri digencarkan? Kapan negara tidak datang terlambat?
Gareng bilang, “Kalo tiap ada korban baru kita sibuk, itu bukan negara hadir, itu negara kaget!”
Rizal Sampurno mungkin telah pergi, tapi suaranya masih menggema: lindungi pekerja migran, selamatkan masa depan anak negeri. Jangan sampai peti mati jadi bentuk kepulangan yang paling sering terjadi.
Selamat jalan, Rizal. Semoga tenang di sisi-Nya. Kami di sini akan terus bertanya: siapa Rizal berikutnya?
(Didik H – GarengPetruk.com)














![[OPINI PUBLIK – GARENG PETRUK STYLE] “PDAM, DPRD, dan Gala-Gala di Pipa Bocor: Jangan Biarkan Air Mengalir Tanpa Pengawasan!”](https://garengpetruk.com/wp-content/uploads/2025/05/IMG-20250528-WA0013.jpg)

