Batu, GarengPetruk.com – 19 Juni 2025
Biro Khayalan dan Kenyataan – oleh Gareng dan Petruk
Hai kamu, yang suka baca fiksi ilmiah sambil ngeteh di beranda, yang berharap bisa balik ke masa lalu buat nyegat nasi goreng keliling jam 10 malam tapi malah dapet tagihan cicilan.
Buka lembaran ini pelan-pelan. Kita akan jalan-jalan, bukan ke Malioboro atau Batu Fashion Carnaval, tapi ke lorong waktu! Iya, tempat di mana logika diparkir dulu, sains pakai jas setrika rapi, dan pikiran melayang sambil nge-drift ke masa depan (atau masa lalu, kalau bensin cukup).
“Perjalanan waktu itu seperti mantan. Menarik, misterius, tapi penuh paradoks.” – Gareng, 2025.
Bab 1: Ketika Waktu Tidak Lurus Tapi Muter-Muter
Dari dulu manusia itu kepo, nggak cukup nanya kapan gajian, mereka juga pengin tahu: “Bisa gak sih, aku balik ke zaman dulu pas nilai ulangan Matematika belum nol koma empat?”
Jawabannya? Tergantung.
Kalau nanya ke Einstein, katanya bisa aja… asal kamu naik roket secepat cahaya, atau numpang gravitasi lubang hitam sambil ngucap istighfar.
Tapi Petruk nyeletuk:
“Wes to, ngapain susah-susah! Wong bolak-balik ke masa lalu itu ibarat nyari sinyal di pelosok – ada kemungkinan, tapi bikin stres!”
Bab 2: Ketika Fisika Bersuara, Fiksi Bergaya
Einstein itu kayak tukang parkir alam semesta. Dia bilang waktu itu lentur, bisa molor, bisa melintir. Dalam relativitas, waktu bisa berjalan beda untuk orang yang naik sepur cepat dan yang diam di rumah makan pecel lele.
Lalu datang ilmuwan-imuwan keren lainnya:
Morris & Thorne ngomong soal wormhole (lubang cacing), yang katanya bisa jadi jalan pintas kayak tol. Tapi butuh materi eksotik – bukan rendang atau bubur ayam, tapi energi negatif. Susah nyarinya, Bro!
Hawking malah pasang portal larangan: Chronology Protection Conjecture. Kata beliau, alam semesta gak mau dibajak sama tukang utak-atik sejarah.
Gareng mikir keras sambil garuk-garuk kepala yang gak gatal:
“Berarti kalau kita bisa balik ke masa lalu, ngubah satu kejadian, bisa rusak tuh realitas. Kayak narik satu benang di kaos kaki bolong. Semua ikut ngeloyor.”
Bab 3: Paradoks Itu Kayak Logika Ngopi Pagi
Paradoks Kakek Kalau kamu balik ke masa lalu dan bikin kakekmu gak sempat nikah, berarti kamu gak lahir dong? Terus siapa yang jalan-jalan ke masa lalu? Waduh.
Bootstrap Paradox Kamu bawa buku dari masa depan, kamu kasih ke penulisnya di masa lalu, terus dia nerbitin itu buku. Nah, siapa yang pertama nulis? Mungkin kucing Schrödinger tahu, tapi dia lagi sibuk eksis di dua dunia.
Multiverse Solusi elegan untuk para pusingers: tiap perubahan bikin cabang realitas baru. Jadi kamu bisa aja nyelamatin dinosaurus di satu dimensi, tapi di dimensi lain kamu tetap telat bangun pas ujian.
Petruk nyeletuk sambil nyender di kalender 2032:
“Singkatnya, kita ini tinggal di semesta yang rumit. Waktu itu bukan jam tangan. Kadang dia jalan, kadang dia bengong.”
Bab 4: Fiksi, Etika, dan Filsafat Tanpa Jebakan Betmen
Kalau bisa balik ke masa lalu, siapa yang boleh ubah sejarah? Jangan-jangan kamu ngubah masa lalu biar gak ketemu mantan yang sekarang sukses jadi seleb TikTok?
Atau kamu niat nyelamatin dunia dari krisis? Tapi awas!
Kadang niat baik itu kayak nasi goreng dibungkus daun jati: aromanya mantap, tapi ada ulat kecil nyempil di sela-sela.
Gareng mengelus jenggot imajiner:
“Jangan main-main sama waktu. Dia itu bukan kerupuk – sekali patah, gak bisa disambung pake lem G time.”
Bab 5: Akhir Kata yang Gak Pernah Benar-Benar Akhir
Perjalanan waktu adalah mimpi yang belum bisa direalisasi, tapi sudah sukses membuat kita berdiskusi, berimajinasi, bahkan berfilosofi di warung kopi.
Realita? Kita masih di sini. Di 2025. Di dunia yang belum bisa bawa kamu ke masa lalu, tapi bisa bawa kamu ke depan layar ponsel – buat ngeluh, buat tertawa, dan buat mikir:
“Kalau waktu itu bisa diset ulang, kamu mau mulai dari tahun berapa?”
Penutup dari Gareng & Petruk
“Manusia itu suka ngeluh tentang waktu: terlalu cepat pas liburan, terlalu lambat pas nunggu gajian. Tapi ya itu tadi… waktu itu kayak sandal jepit. Sering disepelein, tapi sekali ilang, panik luar biasa.”
Jadi sementara kita belum bisa lompat ke masa lalu atau ngebajak masa depan, yuk kita seriusin masa kini.
Bukan buat ngubah sejarah…
Tapi biar kelak, masa depan ngucapin terima kasih karena kamu gak ngelawak terus di masa lalu.
Sumber referensi? Banyak. Tapi yang paling penting: logika, imajinasi, dan kopi hitam tanpa gula.
Dilaporkan langsung dari ruang tamu imajiner oleh: Eko Windarto & kru nostalgia Gareng-Petruk Biro Waktu Batu
“Karena waktu, walau tak bisa dilihat, selalu punya cara untuk mengajarkan kita — siapa yang terlalu sibuk, siapa yang terlalu menyesal.”