Di tengah semilir angin laut dan aroma kopi sisa kemarin yang makin lama makin mirip tape basi, Gareng Petruk duduk bersila di padepokan Noto Silo, dua kilo dari bibir pantai. Di Dusun Tanjung Sari Timur, Desa Mangaran, Kabupaten Situbondo, beliau ngasih wejangan pada para santrinya yang masih setengah sadar karena habis sahur tapi nggak jadi puasa Senin-Kamis. 😴
> “Ojo kagetan lan ojo gumunan. Ojo mung rumongso iso, nanging sing iso rumongso,” kata Gareng sambil nggaruk pantatnya yang gatal entah karena kutu duduk atau karma masa lalu.
Kalau belum paham artinya? Tanya Mbah Google. Jangan tanya ke Gareng, karena beliau juga nyontek dari tembok musholla. Tapi intinya, jangan gampang kaget, jangan gampang kagum, dan jangan sok jago kalau belum ngerti rasa.
Lalu beliau nyeletuk,
> “Kita ini baru selesai pesta demokrasi. Sudah pada nyoblos, tapi jangan lupa: yang kita pilih itu bukan patung lilin. Tapi orang yang harus kerja buat rakyat!”
Gareng Petruk pun mengelus dada—bukan karena galau cinta, tapi karena miris lihat gaya pemimpin zaman sekarang. Banyak yang sibuk bikin konten TikTok. Lagi rapat, TikTok. Lagi sidak, TikTok. Lagi ngevlog dari luar negeri sambil review makanan mewah… juga TikTok.
Yang gak pernah masuk TikTok cuma waktu BAB, karena itu privasi. 😌
> “Ndak papa, asal jangan cuma viral. Yang penting pemimpin itu punya ide cemerlang kayak lampu LED 100 watt, dan bukan cuma jalan-jalan ke luar pulau sambil bikin caption: ‘Bismillah studi banding’,” sindir Gareng sambil memijat punggung sendiri yang mulai kerasa kayak digigit tuyul bertaring.
Pemimpin itu gak perlu gelar panjang kayak rel kereta.
Gelar bisa dibeli, titel bisa dicetak, tapi keikhlasan dan konsistensi gak dijual di marketplace. Yang dibutuhkan rakyat itu:
Berani ambil keputusan,
Punya ide,
Kreatif walau cuma modal bambu,
Konsisten, bukan kagetan.
> “Jangan jadi pemimpin yang baru ditunjuk langsung megang mic nyanyi ‘Ojo Dibandingke’, tapi gak pernah turun ke sawah atau ke pasar,” celetuk Gareng, sambil nyeruput kopi basi tapi tetap merasa gagah.
Kita tidak butuh pemimpin jago selfie, tapi jago solusi.
Tidak cukup hanya bisa membangun monumen, tapi tak bisa memperbaiki WC umum yang bau belerang.
> “Sahabat Gareng Petruk, jangan pilih pemimpin yang hebat di baliho, tapi nihil prestasi,” kata beliau sambil bangkit dengan susah payah, karena pinggangnya minta dipijit cucunya.
Dan sebelum pamit, Gareng sempat nulis di tembok pakai arang:
> “Negara besar butuh pemimpin besar… bukan besar nafsu, tapi besar tanggung jawab.”
Sekian dulu wejangan dari padepokan.
Kalau masih kurang puas, silakan datang langsung ke Mangaran bawa balsem dan bantal duduk.
Karena, jadi rakyat itu berat… tapi jadi pemimpin yang beneran amanah, jauh lebih berat, asal bukan cuma berat di timbangan.
(Redaksi GarengPetruk.com – Azis Chemoth✍️🇮🇩)