JEMBER, Minggu 08-06-2025 – Di tengah deru ombak dan aroma garam Pantai Cemara Mayangan (PACEMA), bukan suara meriam atau teriakan perang yang terdengar, tapi derap langkah pendekar… membawa kantong plastik!
Jangan salah sangka, ini bukan persiapan tempur, tapi “operasi semesta bersih-bersih” oleh para pendekar dari Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Ya, lebih dari 600 orang turun tangan langsung, menyusuri pantai bukan untuk mencari musuh, tapi memungut sampah. Sebuah kegiatan dengan tema:
> “PACEMA Berbisik, Terate Menjawab: Bersama PSHT Menjaga Alam.”
Dari ujung Kencong sampai jantung Gumukmas, pendekar berkumpul. Kali ini, jurus yang dipakai bukan “Rajawali Menukik”, tapi “Plastik Dijumput, Pantai Mengkilat!”
—
Bukan Sekadar Silat, Ini Ilmu Merawat
Gareng Petruk nonton langsung dari balik pohon cemara (pakai payung karena cuaca sedang galau). Mata ini berkaca-kaca, bukan karena angin laut, tapi karena bangga:
Pendekar sekarang bukan cuma jago gulat, tapi juga jago gulung karung sampah.
Bayangkan, biasanya orang main ke pantai ninggalin jejak dosa (baca: bungkus ciki, botol plastik, sandal jepit jomblo), sekarang malah ada pasukan silat yang datang buat bersihin!
> “Ini baru jurus sakti bernama kesadaran,” ujar Pakde Karyo, warga lokal yang ikut nyapu pantai sambil bersenandung lagu Campursari.
—
Kekuatan 600 Pendekar + 1 Pantai = Alam Tersenyum
Aksi ini melibatkan:
🔸 400 siswa PSHT (yang baru belajar napas dan sabar)
🔸 200 warga PSHT (yang sudah lulus tahap “mukul-memeluk”)
🔸 Ranting dari Kencong, Gumukmas, Umbulsari, Semboro, Jombang, Bangsalsari
🔸 Pasukan rakyat: BPBD, Tagana, Baret NasDem, Banser, Ansor NU, dan tentu saja warga Mayangan
Kolaborasi ini disebut oleh Camat Gumukmas, Pak Nino Eka Putra Wahyu Ramadhonni, SSTP, M.Si, sebagai:
> “Bukan cuma gotong royong, ini gotong semesta!”
Gareng menyimpulkan: kalau PSHT sudah turun tangan, sampah pun ketakutan dan memilih pergi dengan sukarela.
—

“Saudara Menyatu, Alam Terpadu” – Lebih Ampuh dari Baliho Politik
Ketua PSHT Cabang Jember, H. Jono Wasinudin, memberi pernyataan yang lebih tajam dari golok pendekar:
> “Nilai-nilai PSHT tak hanya soal jurus. Hari ini, kami buktikan bahwa Terate bukan hanya pelindung sesama, tapi juga penjaga semesta.”
Kalimat itu Gareng tempel di hati. Soalnya, banyak orang sekarang yang jago pidato tentang cinta tanah air, tapi tanahnya dijual ke tambang. Pendekar PSHT beda. Mereka tak banyak bicara, tapi langsung gerak: tangan ke karung, kaki ke pasir, hati ke bumi.
—
Kritik Lembut: Kalau Pendekar Bisa, Kenapa Politikus Sibuk Manggung?
Gareng nggak bisa tahan buat nyindir halus:
> “Pendekar saja mau po’el-po’elan ngumpulin sampah, masak pejabat malah sibuk nyiapin baliho 2029?”
Bumi ini nggak minta diselamatkan dengan jargon.
Dia minta disentuh dengan kerja nyata.
Dan hari ini, PACEMA jadi saksi: pendekar PSHT sudah membuktikan.
—
Penutup: Terate Menyatu, Alam Tersenyum
Dulu pantai ini sepi. Kini, ia jadi panggung persaudaraan, panggung kesadaran, dan panggung cinta lingkungan.
Dulu pendekar dikenal di gelanggang.
Sekarang mereka dikenal di garis pantai.
> “PACEMA berbisik, Terate menjawab.
PSHT bergerak, bumi terpeluk.
Alam diam… tapi hatinya bergetar.”
—
#TerateUntukBumi
#PendekarBersihPantai
#PACEMABerbisikTerateMenjawab
#PSHTGakCumaBelaDiriTapiJugaBelaBumi
—
Kalau semangat ini ditularkan ke seluruh negeri, Gareng yakin…
> Sampah bakal kalah. Alam bakal menang.
Dan pendekar tak cuma jago gebuk—tapi juga jago hidup benar.
Hormat setinggi-tingginya, dari Petruk untuk para pendekar PSHT Jember!















