JAKARTA — Pemerintah Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menyatakan komitmen serius dalam melawan fenomena “brain rot” atau kemunduran fungsi otak akibat konsumsi konten digital berlebihan.
Hal ini disampaikan melalui unggahan Hariqo Wibawa Satria, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, di akun TikTok resminya pada Senin (7/7/2025), berupa esai berjudul “Melawan Pembusukan Otak: Komitmen Presiden Prabowo dan Peran Orang Tua”.
Brain Rot Mengintai Anak-anak Indonesia
Dalam tulisannya, Hariqo menyoroti bagaimana paparan konten digital yang dangkal dan berulang membuat anak-anak menjadi:
pemarah,
pelupa,
malas berpikir kritis,
serta mudah menyerap hoaks dan disinformasi.
“Sudah jam 3 pagi, mereka belum berhenti menonton video pendek. Otak lelah, mata sayu, dan sikap berubah,” tulisnya.
Fenomena ini bukan hanya masalah psikologis, tapi juga darurat kebangsaan, karena menyangkut generasi masa depan menuju Indonesia Emas 2045.
PP No. 17/2025: Negara Hadir Lindungi Otak Anak
Pemerintah, kata Hariqo, telah bergerak cepat melalui Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak.
Aturan ini mencakup:
Batasan usia: Anak usia 16–18 tahun hanya boleh memiliki akun digital dengan izin orang tua.
Pengawasan konten: Platform digital wajib menyediakan fitur kontrol orang tua.
Skiring kejiwaan: Pemerintah memfasilitasi cek kesehatan mental dan fisik secara gratis.
Makanan bergizi gratis, revitalisasi sekolah, dan penguatan SDM.
Fakta dan Data Mendukung: Indonesia Krisis Atensi
Kaspersky: 84% orang tua khawatir soal aktivitas digital anak.
UNICEF, Interpol, ECPAT (2022): 42% anak usia 8–18 merasa tidak nyaman dengan dunia maya.
Kompas (2025): 81,8% pakar menyatakan brain rot nyata terjadi.
Laporan Digital 2025: Rata-rata orang Indonesia 4 jam 38 menit per hari menatap layar ponsel.
Peran Orang Tua Tetap Paling Penting
Hariqo menegaskan bahwa negara bisa hadir lewat regulasi, tetapi pembentukan karakter dimulai dari rumah.
“Pencegahan bisa dimulai dari masa orientasi sekolah, pengajian, acara keluarga, hingga KKN mahasiswa,” tulisnya.
Ia mengajak masyarakat untuk bergotong royong menjaga otak anak-anak Indonesia agar tetap sehat, kuat, dan kritis.
OPINI GARENG-PETRUK:
“Otak Bocah Jangan Dibiarin Busuk, Karena Masa Depan Bukan Filter TikTok”
Zaman sekarang, otak bocah bisa rusak bukan karena jatuh dari sepeda, tapi karena kejedot algoritma konten receh.
Anak-anak sekarang lebih hafal sound TikTok daripada sila keempat. Lebih kenal influencer drama daripada tokoh revolusi.
Mereka bisa marah kalau kuota habis, tapi biasa aja kalau nilai PPKn zonk.
Kata Gareng: “Kalau otak anak-anak dibiarkan asyik scroll sampai pagi, yang ‘auto next’ bukan cuma video, tapi juga masa depan bangsa.”
Kata Petruk: “HP boleh pintar, tapi jangan sampai ngalahin kepintaran manusianya.”
Jadi kalau ada yang bilang: “Ah, itu urusan orang tua…”
Ingatlah: anak-anak ini bukan cuma milik keluarga, tapi juga aset negara.
Kalau mereka tumbuh dengan otak sehat dan akal kuat, maka Indonesia bukan cuma maju, tapi juga waras.
Dan seperti kata pepatah modern:
“Otak jangan dibusukin, nanti susah direbusin.”
Harian Nasional Gareng Petruk
– Menyentil Otak, Mengetuk Nurani, Tapi Tetap Bikin Ngakak –