May Day 2025: Bukan Sekadar Demo, Tapi Menyetel Negara!
Jember, garengpetruk.com – Waspada, lur! Tanggal 1 Mei sudah datang lagi! Hujan atau panas, buruh atau bukan, semua bersatu dengan semangat membara. May Day 2025 jadi seperti ajang uji nyali kolosal, di mana Presiden Prabowo akan diuji: bisa menyejahterakan rakyat, atau cuma jago mengumbar janji manis seperti gula Jawa.
Bayangkan, 200.000 buruh membanjiri Monas. Bukan mau nonton konser dangdut, lho. Tapi mau menuntut: “Sudah cukup hidup hanya mengandalkan mi instan dan kopi sachet!” Tuntutannya serius: minta upah layak, hapus sistem outsourcing, sampai usulan pembentukan Satgas anti PHK. Sudah seperti Avengers versi buruh.
Prabowo Turun Gunung: Tapi Pegang Payung Sendiri
Pak Presiden Prabowo Subianto kabarnya akan hadir. Nah, ini menarik. Soalnya, Said Iqbal (Presiden KSPI) bilang, “95% buruh mendukung pemerintah.” Lha yang 5% lagi gimana? Mungkin lagi sibuk bikin caption demo buat TikTok.
Kehadiran Prabowo dinanti-nanti, bukan hanya soal pidato, tapi apakah beliau benar-benar mendengar jeritan buruh yang tiap awal bulan menghitung uang sambil berdoa semoga harga cabai tidak naik.
Dunia Gempar: May Day Tak Lagi Membosankan
Di Amerika, buruh juga demo memprotes privatisasi. Di Arizona, bahkan ada long march ala pejuang kemerdekaan. Di Eropa, parade-parade bergaya sosialis tetap eksis. Bukan sekadar soal gaji, tapi juga eksistensi: “Pekerja itu bukan robot, Bung!”
Sebenarnya, May Day itu warisan dari tragedi: dimulai dari ledakan bom di Haymarket, Chicago. Tapi sekarang, lebih cocok disebut Festival Ngopi Bareng Sambil Demo. Di Indonesia malah sering diakhiri dengan konser dangdut. Nasionalisme versi koplo.
RUU PPRT: Dijanjikan Sampai Lupa Nikah
Satu hal yang menyebalkan: RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga. Sudah 18 tahun tertunda. Delapan belas tahun, Bung! Lebih lama dari sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”. Apa negara perlu dipukul wajan dulu baru sadar pentingnya melindungi ART?
Titik Balik atau Angin Lalu?
May Day 2025 harus jadi momen refleksi nasional. Jangan cuma jadi ajang selfie pakai poster. Yang diinginkan buruh itu jelas: hidup layak, kerja manusiawi, negara tidak hanya jago bikin aturan, tapi juga tanggung jawab menegakkannya.
Negara harus ingat: ekonomi tidak bisa maju jika buruh hanya dibayar cukup untuk ongkos mengetik surat resign.
Akhirnya, Pak…
Buruh adalah tulang punggung bangsa. Tapi kalau tulang punggungnya patah gara-gara lembur tak dibayar, bagaimana nasib negara?
Jadi, selamat May Day 2025, Indonesia! Semoga negara tidak hanya menonton demo, tapi juga peka terhadap jeritan rakyat pekerja keras. Ayo, negara, jangan cuma bergaya! Buktikan kalau kalian masih punya hati nurani.
Merdeka dari sistem kerja yang buruk, merdeka dari janji palsu, dan merdeka dari utang di warung kopi.
















