JEMBER – Lagi-lagi, duit negara jadi sasaran empuk. Bukan maling bersenjata, tapi ‘oknum’ berjas rapi!
Kabar datang dari DPC PJS Jember yang dipimpin Suliyadi Setiawan, tokoh yang dikenal lidahnya lebih tajam dari silet endorse. Kali ini, beliau bukan cuma nulis status panjang di medsos, tapi langsung teriak ke APH (Aparat Penegak Hukum): “Audit Bumdesma Jelbuk, jangan cuma nonton telenovela korupsi!”
Gareng langsung geleng-geleng kepala, uang eks PNPM—yang sejatinya buat ibu-ibu kelompok SPP (Simpan Pinjam Perempuan)—kok malah disalurin ke yang bukan kelompok. Waduh, ini bukan salah alamat lagi, tapi kayak driver ojek online yang malah ngirim paket ke rumah mantannya.
“Seratus Delapan Puluh Juta” kata Suliyadi. Wah, bukan jumlah yang bisa dikecilin jadi recehan. Uang segitu bisa buat beli cilok buat satu kelurahan selama sebulan penuh, atau bikin lomba 17-an tiap hari sampai pemilu.
Petruk yang biasanya santai jadi serius sejenak. Ini bukan soal duit doang, tapi soal harapan rakyat kecil. Uang itu mestinya muter buat bantu ibu-ibu berdagang, bukan buat bantu oknum mendadak kaya.
Yang lebih ngenes, oknum ini katanya ngaku juga—melalui Badan Pengawas (BP). Lho, kok bisa? BP-nya kemana? Apa selama ini kerjaannya cuma ngawasin tukang parkir di depan kantor?
Gareng sambil ngopi bilang, “Wani nggawe program, kudu wani tanggung jawab!” Jangan sampai Bumdesma berubah jadi BumdesManaUangnya.
Suliyadi lanjut, peran APH, ormas, dan LSM penting banget. Tapi ya itu tadi, jangan cuma serius waktu konferensi pers atau di spanduk seminar. Aksi nyata, bukan cuma aksi foto bareng. Ingat, duit rakyat bukan pajangan di etalase, tapi tanggung jawab bersama.
Kami dari Redaksi GarengPetruk.com cuma bisa nyindir dengan gaya kami: lucu-lucu nyakitin. Karena kadang suara satire lebih nyampe daripada suara sirine.
Ayo APH, jangan bikin rakyat nyanyi lagu lama:
“Yang kaya makin kaya, yang miskin disuruh sabar…”
Dan untuk oknum-oknum:
Kalau niat jadi kaya, jangan lewat jalan tikus. Nanti digigit rakyat yang makin melek hukum!
Wassalam warahmatullahi wabarakatuh, salam dari rakyat jelata: Gareng dan Petruk.
Lain kali kita bahas: “Kenapa dana bantuan selalu cepat habis, tapi pembangunan lambatnya mirip kereta uap?”