Ceramah Penuh Sindiran Lembut dan Cinta Ala Ustadz Wifi Hati
“Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh… Udah connect belum?”
Sambungan dari langit via hati,
langsung dari saya, Ustadz Wifi Hati—ustadz nyentrik yang sinyalnya jarang buffering kalau ngomongin keluarga.
Hari ini saya mau ngomongin fenomena yang mulai ngeri-ngeri sedih.
Banyak pasangan muda sekarang yang punya anak… tapi kayak main boneka.
➡️ Dibelikan baju lucu,
➡️ Diposting tiap bulanversary,
➡️ Dikasih nama yang panjang dan aesthetic…
Tapi begitu anaknya nangis tengah malam,
➡️ “Sssstt! Gimana sih, ganggu tidur aja.”
➡️ “Udah, suruh ART aja yang urus.”
“Kita punya anak… tapi perlakuannya kayak ‘anak-anakan’. Ada, tapi gak betulan ‘dianggap ada.’”
Zaman sekarang semua orang sibuk:
-
Ayah sibuk meeting, zoom, deadline, project.
-
Ibu sibuk arisan, bisnis online, podcast parenting (yang ironisnya gak sempat dipraktikkan).
-
Anak? Sibuk menangis dalam sunyi.
Anak gak cuma butuh susu formula,
Anak gak cuma butuh stroller mahal,
Anak butuh kedekatan emosional.
Butuh didengar, dibimbing, dan dicintai.
“Anak kita bukan file Excel yang cukup dipantau lewat laporan.
Mereka manusia, yang butuh disentuh dengan kasih sayang.”
Sadar gak?
Anak bukan gangguan dari karier kita,
tapi anak adalah legacy yang akan melanjutkan dunia setelah kita tiada.
Kalau kamu bisa serius urus tender proyek pemerintah,
kenapa gak serius urus proyek amanah dari Tuhan?
“Kalau kamu salah didik anakmu,
jangan heran kalau nanti dunia ini lebih rusak…
karena kamu pernah teledor terhadap masa depan.”
Anak zaman sekarang pinter-pinter. Tapi juga bingung.
➡️ Bingung kenapa ibunya lebih perhatian sama follower Instagram ketimbang perkembangan emosinya.
➡️ Bingung kenapa bapaknya lebih akrab sama grup kantor daripada ngajak ngobrol soal mimpi anaknya.
“Anakmu gak butuh ‘ayah keren’ di Instagram,
dia cuma butuh ayah yang bisa nemenin baca doa sebelum tidur.”
Kalau anakmu lebih nyaman curhat ke temannya daripada ke kamu,
itu bukan karena mereka kurang ajar.
Tapi bisa jadi… kamu gak pernah menyediakan ruang untuk mereka bercerita.
“Kamu ajarin anakmu baca Qur’an, itu bagus.
Tapi apakah kamu ajari juga anakmu cara menyampaikan perasaan?”
Tolong jawab dalam hati:
-
Kapan terakhir kali kamu benar-benar duduk dan menatap mata anakmu, lalu tanya:
“Nak, hari ini kamu bahagia gak?”
-
Kapan terakhir kamu peluk anakmu tanpa alasan?
-
Kapan terakhir kamu bilang:
“Ayah bangga sama kamu.”
“Ibu sayang kamu.”
“Kalau anakmu tumbuh tanpa kasih sayang cukup,
nanti dia akan cari peluk di tempat yang salah.”
“Kita sering bangga punya anak ganteng dan cantik,
tapi jarang mikir: anakku ini akan jadi apa untuk dunia nanti?”
Maka jangan heran kalau dunia makin kacau.
Karena generasi yang seharusnya jadi perbaikan,
malah jadi korban dari kelalaian kita.
💬 Penutup Penuh Air Mata
Teman-teman,
Kalau kamu bisa beli mainan jutaan rupiah untuk anakmu,
tapi gak bisa hadir 10 menit untuk dengar cerita mereka…
kamu bukan sedang jadi orang tua,
kamu cuma sedang jadi manajer logistik rumah tangga.
📲 Salam Penutup Ala Ustadz Wifi Hati
“Assalammu’alaikum… Udah connect belum?”
Bukan cuma ke internet,
Tapi ke hati anak-anak kita yang selama ini berteriak dalam diam.