Lapangan Desa Kayumas, Jatinom, Klaten — Minggu (27/4), Lapangan Kayumas bukan cuma lapangan, bro.
Hari itu berubah jadi lautan manusia ber-kaos hitam bersabuk warna-warni, keringetan dari ujung rambut sampai ujung rasa malu.
Kenapa?
Karena 1.180 pesilat dari Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) lagi ujian kenaikan tingkat.
Iya, UJIAN. Bukan buat ikut olimpiade lari keliling lapangan sambil ngedumel.
Tujuan utamanya?
Bukan sekedar pamer jurus salto kaya film silat zaman VHS,
tapi buat ningkatkan kemampuan teknis,
ngokokne kesadaran budaya pencak silat,
dan tentu saja, mendidik manusia berbudi luhur — bukan berbudi licik kayak politikus pas musim kampanye.
Sriyanto, salah satu orang penting di Dewan Pertimbangan PSHT Klaten, mangatakan sambil nahan napas (karena panas pol):
> “Kami berharap, generasi muda bisa profesional dalam bela diri,
bermanfaat bagi lingkungan, masyarakat, agama, nusa, bangsa… pokoknya paket komplit lah, kayak diskon supermarket.”
Bukan cuma jago mecak (pencak), tapi juga jago tahu benar dan salah.
Artinya, jangan sampe besok lulus PSHT malah jadi tukang reseh di angkringan karena merasa “sakti”.
Penilaiannya?
Wes jelas, ora main-main:
Kemampuan teknis diperiksa. (Kalau jurusnya malah kayak orang joget TikTok, siap-siap direvisi!)
Pengetahuan budaya digali. (Bukan cuma hafal nama jurus, tapi ngerti maknane.)
Kesadaran budaya ditimbang. (Jangan sampe, jurus sakti tapi sikapnya ndablek.)
Penilaian ini dilakukan ketat dan transparan.
Beneran ketat, lho, bukan ketat ala celana pensil bocil zaman now.

Pesan Moral dari Gareng & Petruk:
Seni bela diri itu bukan buat gaya-gayaan.
Bukan buat ajang flexing: “Aku kuat, aku sakti, aku bisa nendang tiang listrik.”
Tapi bela diri sejati adalah…
Bisa nahan diri. Bisa nahan emosi. Bisa nahan tangan, kaki, dan mulut supaya tetap berbudi luhur.
Karena kadang, lawan paling berat bukan musuh di depan mata.
Tapi ego dan amarah yang ngendon di dalam dada.
Salam Setia Hati!
Semoga PSHT terus melahirkan pendekar-pendekar yang bukan cuma sakti,
tapi juga santun, waras, dan siap membangun bangsa,
bukan malah jadi pasukan “sumbu pendek” di dunia nyata.
#SakKabehaneMonggoNgajiDiriDulu
#PencakSilatRasahSok
#BerbudiLuhurSampeTua















