Petruk:
Jurnalis Harian Nasional. Waduh, dari namanya aja sudah kayak jabatan penting. Kesan pertama: duduk di kantor ber-AC, pakai jas, pegang mikrofon, dan tiap pagi nongol di TV. Tapi eh tapi… jadi jurnalis itu nggak cuma soal gaya. Kadang harus ngopi 3 gelas, ngedit 12 berita, dan ngejar narasumber yang lebih susah ditemui dari mantan!
Gareng:
Betul, Truk! Jangan cuma pengen tampil keren di media sosial, tapi nulis berita kayak status galau. Nih, tak kasih panduan lengkap: Tutorial Menjadi Jurnalis Harian Nasional ala Redaksi Gareng-Petruk News. Siap?
—
1. Tahu Bedanya Jurnalis, Wartawan, dan Tukang Copy-Paste
Petruk:
Wartawan itu pelapor. Jurnalis itu pemikir. Tukang copy-paste? Ya… dia cuma salin rilis dari kantor pemerintah tanpa mikir ulang. Dikasih judul, selesai.
Gareng:
Jurnalis sejati harus bertanya: “Berita ini untuk siapa? Apa dampaknya? Ada manfaatnya nggak selain bikin ramai?” Jangan asal tulis, nanti yang baca malah pusing duluan daripada tercerahkan.
—
2. Investigasi Bukan Cuma Main Tanya-tanya
Petruk:
Jangan ngaku investigatif kalau kerjanya cuma duduk di kantor kelurahan sambil tanya, “Pak, ada skandal apa minggu ini?” Trus pulang. Itu namanya nyari gosip, bukan cari kebenaran!
Gareng:
Jurnalis Harian Nasional itu harus berani dan cermat. Cek dokumen, wawancara dua sisi, dan pastikan narasumber bukan hasil bisikan grup WA keluarga.
—
3. Harian Bukan Berarti Asal Tulis Setiap Hari
Petruk:
Bukan berarti harus update tiap hari kalau isinya cuma garing. “Pak Camat Makan Nasi Padang Hari Ini” itu bukan berita nasional, Bro!
Gareng:
Mending tulis: “Dari Nasi Padang ke Balai Kota: Gaya Hidup Sederhana atau Pencitraan?” Nah, itu baru jurnalisme dengan rasa, bukan cuma berita lewat rasa lapar.
—
4. Bikin Judul Cerdas, Bukan Menyesatkan
Petruk:
“Heboh! Emak-emak Guling-guling di Jalan!” Pas dibuka, isinya cuma emak rebutan diskon sayur. Yaelah…
Gareng:
Judul yang baik itu menggoda tanpa menipu. Contohnya: “Diskon Sayur dan Gejolak Pasar: Ketika Ekonomi Bertemu Emosi.” Cerdas, tetap lucu, tapi bermakna!
—
5. Jurnalis itu Pejuang, Bukan Pajangan
Petruk:
Kalau kerja cuma duduk manis di redaksi sambil ngetik status pejabat, itu bukan jurnalis. Itu netizen pakai ID Card!
Gareng:
Jurnalis harus hadir di lapangan. Suara rakyat nggak bisa didengar dari balik kaca kantor. Dari pasar, gang sempit, sampai desa tertinggal, di sanalah berita sebenarnya bersembunyi.
—
6. Kritik Boleh, Tapi Jangan Asal Ngamuk
Petruk:
Kalimat seperti “Pemerintah Gagal Total!” itu bukan berita, tapi status galau. Kritik boleh, tapi dengan data, bukan cuma emosi dan tebakan.
Gareng:
Jurnalis harus tajam, tapi adil. Sindir, tapi tetap sopan. Kalau cuma teriak-teriak tanpa solusi, ya sama aja kayak komentator Facebook grup RT.
—
Kode Etik Jurnalis ala Gareng Petruk
1. Menulis ngawur itu hoaks. Menulis pakai hati, itu jurnalisme.
2. Kalau berita bisa bikin perubahan, kamu bukan cuma jurnalis. Kamu agen perubahan.
3. Tulisannya boleh lucu, tapi pesannya tetap serius.
4. Berani bicara benar, meski nggak populer. Tapi jangan merasa benar kalau datanya abal-abal.
5. Jurnalis yang baik bukan yang terkenal, tapi yang dipercaya.
—
Penutup ala Gareng-Petruk
Petruk:
Jadi jurnalis harian nasional itu bukan soal logo media, tapi soal isi kepala dan kejujuran pena.
Gareng:
Kalau kamu bisa menulis berita yang membuka mata, bukan sekadar mengangkat alis, maka kamu jurnalis sejati!
Petruk:
Ingat ya…
“Jurnalisme tanpa hati, itu cuma tulisan ramai yang cepat dilupakan. Tapi jurnalisme yang jujur dan tulus, akan hidup selamanya di hati pembaca.”
—
#GarengPetrukNews
#JurnalisWaras
#BikinBeritaBukanDrama















