Kode Operasi: NETRAL BUT GAK BODOH
Tanggal Operasi: Zaman lagi panas-panasnya, Bro!
Target: Deteksi posisi Indonesia di tengah konflik Blok Barat vs Blok Timur
[1] Situasi Global: Barat vs Timur, Siapa Lawan, Siapa Teman? Tergantung Siapa yang Ngasih WiFi Gratis
Gareng ngelapor:
“Jagat raya lagi pecah dua kayak rambut belah tengah.”
- Blok Barat (Amrik, EU, NATO dkk): suka ngasih beasiswa, pelatihan demokrasi, dan kirim influencer buat “edukasi politik”.
Tapi jangan salah, mereka juga hobi nyebar spyware pake embel-embel kebebasan. - Blok Timur (China, Rusia, Iran geng): ngasih duit buat bangun jalan, pelabuhan, dan AI murah meriah.
Tapi… kalau kamu telat bayar utang, bisa-bisa pulau kamu diambil hak kelolanya.
Petruk nyeletuk:
“Barat ngajarin debat, Timur ngajarin dagang. Dua-duanya pengen password WiFi rumahmu.”
[2] Indonesia: Negara Non-Blok, Tapi Sering Ngeblok Kalau Kena Kritik
Bung Karno dulu bilang:
“Kita netral aktif! Bebas dari pengaruh mana pun!”
Tapi sekarang?
Gareng bilang:
“Netral kita tuh kayak orang pacaran LDR—bilangnya gak milih siapa-siapa, tapi tiap malam masih video call-an sama dua-duanya.”
Faktanya:
- Kita beli jet tempur dari barat,
- Bangun kereta cepat bareng timur,
- Tapi narasi politik kita masih galau: “Mau ikut siapa yaa biar dapet cuan, tapi tetap kelihatan nasionalis?”
[3] Modus Operandi Blok Asing: Masuknya Halus, Efeknya Dalam
Petunjuk lapangan:
- Barat masuk lewat LSM, media, dan pelatihan kampus elite. Ngajarin “good governance”, tapi endingnya: “Please dukung voting kami di PBB ya~”
- Timur masuk lewat infrastruktur, digitalisasi, dan investasi mineral. Tapi diam-diam pengen “admin logistik” kita pindah tangan.
Petruk laporan intel:
“Ngomongnya kerja sama, tapi kok yang untung gede mereka terus?”
[4] Ancaman ke Indonesia: Kedaulatan vs Kepentingan
Indonesia bisa disusupi lewat:
- Narasi media sosial: trending topic bisa dibayar, pemilu bisa dikondisikan.
- Ekonomi digital: data rakyat bocor ke luar, AI asing bisa tau siapa yang bakal demo duluan.
- Hukum dan regulasi: disetir lewat tekanan diplomatik atau “kerjasama teknis.”
Gareng warning:
“Kalau kita gak waspada, kita bukan lagi negara berdaulat. Kita cuma jadi showroom investasi yang disetir asing.”
[5] Operasi Solusi ala Gareng Petruk Intelijen:
a. Strategi “Ngobrol Sama Semua, Tapi Teken Kontrak Sama Diri Sendiri”
Kita rangkul barat & timur, tapi yang pegang remote tetap kita. Jangan sampai kontrak nasional dibikin nyesel 10 tahun kemudian.
b. Bikin “Poros Tengah” beneran
Bikin koalisi negara sesama non-blok, dari ASEAN, Afrika, sampe Amerika Latin.
Kekuatan baru: blok ketiga, blok waras.
c. Narasi Kontra Intelijen:
Latih kreator lokal, konten kreatif, influencer nasionalis—yang bisa counter hoax global dengan cara yang asik.
Petruk kasih perintah final:
“Kontenmu bukan cuma buat lucu-lucuan. Sekarang tiap posting bisa jadi senjata atau jebakan. Pikirin sebelum posting!”
[6] Penutup Operasi:
Gareng tanda tangan laporan:
“Indonesia gak usah jadi blok barat, timur, utara, atau selatan.
Kita bikin jalan sendiri. Jangan jadi follower, tapi jadi poros.
Jangan cuma netral, tapi jadi aktor utama.”
Petruk pamit, sambil ngopi:
“Yang penting, jaga negara kayak jaga pacar. Harus peka, waspada, dan gak gampang dihasut.”















