Jakarta – Saiki jaman pancen ora iso diprediksi, bro! Bukan cuma harga cabai yang bisa naik-turun kaya hati mantan, tapi musibah juga datang tanpa permisi, kaya mantu baru numpang tinggal. Baru-baru ini, permukiman padat di Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara kebakaran besar—gede ne nganti ngalah-ngalahi semangat emak-emak rebutan sembako!
500 rumah ludes, 800 Kepala Keluarga (KK), 3.200 jiwa terpaksa tinggal di pengungsian. Waduh, ojo ngono-ngono, Gusti! Lha wong kemiskinan saja sudah numpuk, ditambah musibah, bisa jadi tumpeng derita nasional.
Tapi di tengah asap dan air mata, muncul superhero… bukan Superman, bukan Gatotkaca, tapi Pokdarkamtibmas Bhayangkara—pasukan rakyat penebar empati yang bukan hanya jago ronda, tapi juga jago urun rasa.
Hari Sabtu, 14 Juni 2025, mereka datang dengan tangan terbuka: 100 paket makanan anak-anak, 15 dus air mineral, dan pakaian layak pakai. Bukan cuma nyumbang, tapi juga nyulam kembali rasa kemanusiaan yang sering koyak di negeri yang katanya “paling ramah sedunia” tapi kadang suka lupa caranya berbagi.
Ketua Pokdarkamtibmas ngomong dengan gaya sederhana, tapi mak jleb:
> “Kami hadir untuk berbagi dan meringankan beban para korban.”
Wani tenan! Di tengah banyak orang sibuk nyari konten, mereka malah sibuk nyari cara buat bantu orang. Salut!
Kombes Harri Muharram dari Polda Metro Jaya juga ora kalah mantap:
> “Kepedulian seperti ini sangat dibutuhkan di tengah kondisi darurat.”
Yo bener, Pak Kombes! Soalnya empati itu sekarang langka, kalah sama skincare Korea.
Tapi tunggu dulu… di balik pujian dan bantuan, Gareng Petruk tak bisa tutup mata. Karena kalau kebakaran terus-terusan nyambangi warga, jangan-jangan bukan hanya nasib rakyat yang terbakar, tapi sistem kita juga mulai gosong!
Instalasi listrik kumuh, kabel bergelantungan macam mie ayam, kompor melepuh tak terawasi, sampah dibakar sembarangan, itu semua bukan cuma kesalahan warga, tapi cermin bahwa pemerintah belum cukup ngaca.
Eh, pernah nggak, ada patroli listrik ke kampung-kampung?
Pernah nggak ada edukasi pencegahan kebakaran yang konsisten?
Ya wis… jawabane, kadang iya, seringnya ora.
Bener kata Kabid Humas:
> “Waspada bersama adalah kunci.”
Tapi kuncine jangan cuma dikantongi rakyat, lho. Pemerintah, aparat, LSM, sampai RT-RW kudu nyekel kuncine bareng-bareng. Ora iso rakyat terus sing disalahke, lha wong rumahnya saja nyaris rubuh dari dulu, anggaran perbaikannya malah nyasar ke renovasi kantor dinas!
—
Gareng Petruk nutup liputan iki karo tembang cilik:
> Kapuk kobong, wong nangis ndongakne langit,
Sing iso urip bareng, ojo mung pinter nyidit.
Aksi Pokdarkamtibmas, conto tulus tanpa pamrih,
Nglipur lara, nyebar rasa, luwih jos tinimbang selfie.
Semoga api ora mung mungkasi omah,
Tapi uga mbakar ego lan nguripi rasa welas asih…
—
Yowis, begitu berita hari ini. Kalau hatimu masih adem baca ini, berarti masih ada bara kebaikan di dada. Tapi kalau hatimu ikut terbakar karena tersindir, berarti sampeyan kudu introspeksi, dudu ngegas marahi reporter. 😄
Sampai jumpa di liputan selanjutnya!
Wassalamualaikum, salam kompor ati! 🔥
















