Jakarta, 21 November 2024 – Dalam acara ceramah yang bertempat di Badiklat Kejaksaan RI, Jaksa Agung Republik Indonesia, ST Burhanuddin, kembali menunjukkan dedikasinya dalam mencetak jaksa-jaksa masa depan yang tak hanya cerdas secara hukum, tetapi juga penuh integritas dan berkarakter kuat. Tak hanya sekadar memberi wejangan, Jaksa Agung menekankan pentingnya transformasi mental dan etika dalam dunia hukum yang kian dinamis. Ya, jangan hanya pandai mengurus berkas, tapi juga tahu etika dan adab. Begitulah kira-kira pesan yang ingin disampaikan oleh Jaksa Agung kepada para calon jaksa yang tengah menempuh Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa (PPPJ) Angkatan 81 Gelombang II Tahun 2024.
Jangan bayangkan ceramah Jaksa Agung seperti kuliah kering yang membosankan. Dengan penuh semangat, beliau menekankan bahwa “kawah candradimuka” yang harus dilalui para peserta PPPJ bukan sekadar ruang belajar, melainkan arena pembentukan jaksa-jaksa muda yang harus mengusung karakter PRIMA: Profesional, Responsif, Integritas, berMoral, dan Andal. Iya, PRIMA yang sering kita dengar itu, tapi kali ini ada makna yang lebih dalam. Bukan hanya soal penampilan prima, tapi betapa beratnya tugas mulia seorang jaksa dalam membawa keadilan.
Mari kita kupas satu per satu pesan Jaksa Agung yang pasti akan jadi bahan canda tawa di kantor kejaksaan nanti.
- Profesional: Seperti yang diungkapkan Jaksa Agung, jaksa itu harus paham betul hukum dan tak sekadar tahu aturan, tetapi harus juga mematuhi prosedur. Bukan cuma karena ‘keterpaksaan’ lulus ujian, tetapi benar-benar paham apa yang dia kerjakan. Jangan sampai kita tanya soal hukum, dia malah jawab “oh, saya hanya mengikuti prosedur, Pak!” – eh, ada yang begini, lho.
- Responsif: Jaksa masa kini harus bisa membaca kebutuhan masyarakat dan menyesuaikan diri dengan dinamika hukum. Kalau hanya diam di meja, apalagi main TikTok, bisa ketinggalan zaman, lho! Jadi, siapkan diri untuk selalu siaga dan responsif terhadap perkembangan hukum.
- Integritas: Di sini, Jaksa Agung dengan tegas mengatakan bahwa seorang jaksa harus punya integritas tinggi. Jangan sampai ujung-ujungnya terseret dalam kasus yang bikin malu. Kalau integritas sudah hilang, tak ada yang bisa dipercaya, bahkan sama diri sendiri.
- Bermoral: Nah, soal moral ini nih, siapa yang tak tahu bahwa Jaksa Agung sangat menekankan pentingnya perilaku terpuji. Seorang jaksa harus tahu apa yang benar dan apa yang salah. Jangan malah nanti jadi pahlawan kesiangan yang malah berbuat kejahatan. Kejujuran dalam bertindak itu penting, ya!
- Andal: Seorang jaksa harus bisa diandalkan, artinya konsisten dalam bekerja. Kunci suksesnya adalah ketepatan waktu dan kualitas pekerjaan. Seperti kata pepatah, “Pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang bisa diandalkan, bukan pekerjaan yang hanya sekadar selesai.”
Dan tahukah Anda? Berdasarkan survei terbaru, Kejaksaan RI kini tercatat sebagai lembaga penegak hukum yang paling dipercaya oleh publik, dengan angka kepercayaan mencapai 74,7%. Itu angka yang cukup tinggi, lho! Tentu saja, angka ini tidak didapat begitu saja. Seperti yang diingatkan oleh Jaksa Agung, para jaksa muda yang tengah ditempa di PPPJ harus menjaga dan meningkatkan capaian tersebut dengan menghindari penyimpangan yang dapat merusak citra lembaga yang telah dipercaya publik.
“Ayo, jangan hanya fokus menjadi pemimpin yang duduk di posisi tertinggi, tapi fokuslah untuk melayani dengan adab dan etika,” ujar Jaksa Agung dengan penuh ketegasan. Pesan yang satu ini sangat penting, mengingat saat ini, banyak orang yang terjebak dalam keinginan untuk ‘menjadi’ daripada ‘memberi’. Seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberi teladan, bukan hanya sekadar memiliki jabatan.
Di akhir ceramahnya, Jaksa Agung kembali mengingatkan calon jaksa bahwa kecerdasan hukum harus berjalan seiring dengan adab dan etika. Jangan biarkan kecerdasan menghancurkan adab. Bukankah ini semacam nasihat klasik, tapi sangat relevan hingga kini?
“Untuk melengkapi kecerdasan yang dimiliki oleh seorang Jaksa, maka saudara harus melengkapinya dengan adab dan etika yang baik dan mulia. Karena kecerdasan harus mengikuti adab, tidak pernah mendahuluinya, dan tidak pernah menghancurkannya,” tutup Jaksa Agung dengan penuh makna.
Jadi, untuk para calon jaksa di luar sana, jangan hanya berpikir soal bagaimana menjadi pintar di ruang sidang, tetapi ingatlah selalu bahwa adab dan etika yang mulia adalah kunci utama. Kalau sudah punya itu semua, insya Allah, jaksa yang PRIMA akan lahir dan memberikan warna baru dalam dunia hukum Indonesia yang lebih adil dan berintegritas. Selamat berjuang, calon jaksa!