KALIBARU — Di saat sebagian orang sibuk debat di medsos soal harga cabai yang bikin dompet kering seperti daun musim kemarau, warga Desa Banyuwangi, Kecamatan Kalibaru, malah sumringah panen cabai. Dan siapa sangka, di tengah petak-petak hijau merah menggoda itu, ada sosok Briptu yang lebih mirip petani daripada polisi.
Namanya Briptu Mohammad Hafid Setiawan — sang Bhabinkamtibmas yang kini tak hanya jago patroli malam, tapi juga piawai mendampingi warga dalam urusan nyangkul dan nyemprot hama. Kalau kata Gareng Petruk: “Ini baru polisi multitalenta — bisa ngamanin kampung, bisa juga ngasih pupuk!”
—
Polisi Turun ke Sawah, Bukan Sekadar Upacara
Briptu Hafid tak hanya hadir ketika ada tawuran atau laporan maling ayam. Ia hadir di antara semak dan rumpun cabai, jadi saksi hidup betapa petani cabai itu tak kalah heroik dari pemain bola nasional.
Menurut Kapolsek Kalibaru AKP Achmad Junaedi, kehadiran Bhabinkamtibmas di ladang warga adalah bentuk nyata dari komitmen Polri yang tidak cuma jaga keamanan, tapi juga jaga pangan. Mantap, Pak!
> “Kami hadir bukan hanya sebagai penjamin keamanan, tetapi juga ingin berperan aktif dalam membangun ketahanan pangan,” kata AKP Junaedi dengan semangat seperti pupuk organik: menyuburkan harapan.
—
Prabowo Punya Asta Cita, Banyuwangi Punya Cabai Berita
Pendampingan ini sejalan dengan program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang ingin mewujudkan Indonesia kuat dari akar — bukan cuma dari langit-langit pidato. Cabai jadi senjata. Bukan buat dilempar pas demo, tapi buat melawan inflasi dapur.
Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra, pun mengamini bahwa ketahanan pangan harus dibangun bersama. Kalau cuma nunggu pusat, bisa-bisa kita makan janji, bukan nasi.
> “Ini tanggung jawab bersama,” katanya.
Dan Gareng Petruk nambahin dalam hati: “Apalagi tanggung jawab mantan, itu mah udah lewat, Cak!”
—
Suprihatin yang Kini Tak Lagi Prihatin
Warga seperti Suprihatin—yang namanya dulu seperti nasibnya—kini makin ceria panen cabai. Bukan karena dapat bansos, tapi karena ladangnya tumbuh subur dengan pendampingan polisi.
> “Kami merasa lebih tenang karena ada Pak Polisi,” katanya sambil mengelus daun cabai dengan ekspresi seperti elus pipi cucu.
—
Petruk Berkata di Pojokan Ladang:
Kalau dulu polisi dikenal suka tilang,
Kini malah ngajarin cara nyemprot tanaman.
Kalau dulu cabai mahal bikin jengkel,
Kini panennya bisa buat nyambel.
Ini baru Indonesia versi harapan:
Polisi dan petani berjalan seiring —
Bukan cuma mengatur lalu lintas,
Tapi juga menjaga makanan agar tak punah!
—
Catatan Daun Hijau Tapi Tajam
🌶 Ketahanan pangan itu bukan teori seminar, tapi pupuk yang nyata dan tangan yang kotor di tanah.
🌶 Kalau polisi bisa tanam cabai, semoga juga bisa tanam kepercayaan.
🌶 Cabai bisa pedas, tapi jangan sampai hati masyarakat makin panas.
🌶 Polisi di ladang? Keren! Asal jangan tiba-tiba razia traktor, ya Pak!
—
Salam Pedas Tapi Cerdas dari Banyuwangi!
Karena negara kuat bukan cuma dari tank dan senjata,
tapi juga dari sambal yang tak pernah putus di meja makan rakyatnya.
📍 Laporan dari Kalibaru, di tenga
h aroma cabai yang bikin wartawan sempat bersin tapi tetap semangat nulis!