MALANG — Di bawah gemerlap lampu UMM Dome, suasana malam penutupan Tanwir ke-XXXIII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) berubah jadi panggung inspirasi. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dengan suara tenang tapi tegas, menutup acara itu bukan sekadar dengan sambutan — tapi dengan seruan moral yang menusuk jantung para mahasiswa: “Jangan cuma pintar di kampus, tapi jadilah garda depan perubahan bangsa.”
Dalam orasinya yang lebih terasa seperti kuliah umum ketimbang pidato formal, Kapolri mengajak seluruh mahasiswa untuk turut berkontribusi mendukung kebijakan dan program pemerintah.
“Seluruh mahasiswa dan generasi muda bangsa harus ikut mendorong kebijakan pemerintah, bekerja sama, gotong royong, agar pembangunan dan ekonomi bangsa bisa tumbuh,” ujarnya.
Nada suaranya menegas saat menyinggung soal bahaya laten dunia digital — dari judi daring sampai narkoba.
“Kalau generasi muda lengah, maka bonus demografi bisa jadi bencana. Tapi kalau siap, ini jadi momentum emas menuju Indonesia Emas 2045,” lanjutnya.
GarengPetruk.com mencatat, pesan itu disambut tepuk tangan panjang para kader IMM. Di tengah keringat perjuangan akademik dan idealisme yang kadang bersinggungan dengan realitas, Sigit menawarkan jalan tengah: kolaborasi, bukan konfrontasi.
Ia menekankan bahwa Polri dan mahasiswa punya peran strategis — bukan hanya menjaga kamtibmas, tapi juga mendorong kemandirian ekonomi lewat sektor UMKM dan inovasi teknologi.
“Polri tidak bisa sendiri. Mahasiswa juga tidak bisa sendirian. Kita harus bersinergi membangun Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur,” ujar Sigit menutup pidatonya.
Suasana UMM Dome berubah hening sejenak, sebelum riuh tepuk tangan kembali menggema.
Sebuah tanda bahwa idealisme muda masih hidup — dan, seperti kata Petruk, “Negara ini butuh anak muda yang berani berpikir jernih, tapi tetap punya hati yang nyala.”
🌀 Catatan Redaksi GarengPetruk.com:
Kata Petruk, negeri ini bukan kekurangan orang pintar — tapi kekurangan yang benar-benar mau turun tangan. Kalau mahasiswa dan polisi bisa bergandengan tangan, mungkin jalan ke Indonesia Emas 2045 tak akan selebar jalan tol, tapi setidaknya tidak lagi berlubang oleh kepentingan pribadi.















