KLATEN — Di tengah panas matahari dan aroma jagung rebus dari pedagang keliling, Kecamatan Wedi resmi menggelar acara paling bergizi jiwa dan raga tahun ini: ” Festival Ketahanan dan Solidaritas Pangan” dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia, Sabtu, 18 Oktober 2025.
Lokasi acara di Lapangan Desa Canan mendadak berubah menjadi panggung kolosal desa: ada gunungan hasil bumi, umbul-umbul, stan UMKM, hingga harapan-harapan petani yang ikut digantung bersama janur di pinggir lapangan—semua berharap tidak sekadar jadi dokumentasi, tapi masuk ke ruang rapat Bupati.

pagelaran seni dan budaya kec wedi kab klaten
Festival, Tapi Bukan Festival Biasa: Ini Festival + Aspirasi + Harapan
Acara ini menghadirkan 11 unsur kolaborasi se-Kecamatan Wedi:
UMKM lokal,
19 perangkat desa,
36 lingkungan di bawah koordinasi Santa Maria Bunda Kristus,
FKUB,
Dinas Pertanian & Dinas Ketahanan Pangan,
Sampai Gapoktan & Pemuda Tani yang datang bukan untuk lomba tarik tambang, tapi tarik perhatian pemerintah.
Pagi hingga siang, acara dibuka dengan perarakan gunungan hasil bumi — sayur, padi, buah, cabai (yang harganya kadang lebih horor dari film thriller), semua disusun rapi. Simbol bahwa petani bukan cuma penghasil pangan, tapi juga penjaga peradaban.
” Harapan Petani Jangan Hanya Jadi Caption Instagram” — Warga Wedi
Setelah perarakan, dilanjutkan dengan sarasehan (talk show). Namun ini bukan talk show biasa yang banyak tepuk tangan tapi minim solusi. Di sini, petani diberi mimbar untuk berbicara, bukan sekadar jadi latar foto pejabat.
Mereka membawa tiga hal sederhana namun berat:
1. Harga pupuk yang makin bikin kening berkerut,
2. Cuaca yang makin susah ditebak (panas kayak hati saat ditinggal pergi),
3. Harapan agar kebijakan lebih berpihak ke cangkul, bukan hanya ke proposal.
Camat Wedi, Bapak Wijaya, S.H., M.Si.:
” Gunungan ini adalah persembahan tulus seluruh warga Wedi. Harapan kami, sarasehan menghasilkan rekomendasi yang bisa sampai ke meja Bupati dan Wakil Bupati. Bukan cuma jadi dokumentasi, tapi jadi keputusan.”
Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh unsur:
” Kolaborasi dari 11 unsur, 19 desa, dan Desa Canan sebagai tuan rumah adalah kunci sukses. Semoga hasil hari ini jadi manfaat, bukan hanya kenangan.”

Arak’an gunungan kec wedi
Malam Puncak: Tari Kolosal + Bupati Hadir + Harapan Tak Boleh Pudar
Menjelang malam, saat lampu panggung menyala dan udara mulai dingin, tari kolosal dihadirkan sebagai “sedekah seni” warga Wedi.
Bupati dan Wakil Bupati Klaten dijadwalkan hadir — bukan sekadar duduk manis di kursi VIP, tapi sebagai tanda bahwa aspirasi petani sudah sampai di pendengaran pemerintah.
Makna Tersirat dari Festival Ini (Versi Rakyat Jelata):
Petani Wedi tidak hanya bisa menanam, tapi juga bicara dan menyampaikan rasa.
Makanan tidak lahir dari supermarket, tapi dari tangan yang penuh lumpur dan doa.
Dan hari ini, pangan bukan hanya dimakan — tapi diperjuangkan, disuarakan, dan dirayakan.
Kesimpulan:
Ini bukan hanya festival. Ini surat terbuka dari sawah untuk pemerintah.
Gunungan hasil bumi adalah simbol syukur, tapi juga pengingat:
” Petani kuat, negara kuat. Petani dilupakan, negara lapar.”
















https://shorturl.fm/lBovg
https://shorturl.fm/FKLfD
https://shorturl.fm/NEIha