Wahai warga republik semprul, kabar penting dari jagat dunia hukum dan kemanusiaan datang bertubi-tubi—bukan hoaks, bukan juga gosip emak-emak di pos ronda. Polisi kita, yang biasa disibukkan dengan tilang dan jaga konser dangdut, kini tampil beda. Mereka menyerukan kampanye bertajuk “Rise and Speak”—bukan buat menyemangati jualan skincare, tapi demi melawan kejahatan berbasis gender!
Bukan Slogan Biasa, Ini Teriakan Nurani
Slogan “Rise and Speak” bukan cuma kalimat pemanis backdrop seminar atau tulisan di spanduk pinggir jalan. Ini adalah suara lantang dari Brigjen Pol Nurul Azizah dan seluruh pasukan Direktorat Tindak Pidana Perempuan dan Anak (PPA) serta Pidana Perdagangan Orang (PPO). Kata Bu Nurul, “Kejahatan gender tak cukup ditindak, tapi harus dicegah!”—nah ini baru keren, gak cuma nunggu korban datang sambil pegang tisu.
Sindiran Gareng: Kalau Pelaku Masih Bebas, Apa Kabar Hukum Kita?
Gareng nyeletuk, “Wah, bagus juga ya Polri sekarang! Tapi jangan sampai yang diselamatin cuma statistik presentasi, sementara korban masih disuruh ‘sabar’ dan pelaku bebas makan bakso.” Dalam kampanye ini, Polisi diajak naik level: bukan cuma jago nanya “Kapan kejadiannya?” tapi juga harus paham luka batin dan trauma korban yang kadang gak kelihatan tapi ngilu sampai ke tulang.
Petruk Menimpali: Jangan Sampai Speak-nya Cuma di Medsos
Petruk yang hobi main medsos nyindir juga, “Rise and Speak itu bagus, asal jangan berhenti di postingan Instagram dan TikTok. Jangan sampai masyarakat lebih percaya netizen daripada penyidik.” Maka dari itu, kampanye ini juga ngajak kolaborasi semua pihak: dari guru PAUD, tokoh agama, sampai selebgram yang biasanya sibuk endorse sabun pemutih.
Tujuh Poin Sakti: Lebih Manjur dari Minyak Kayu Putih
Kampanye ini gak setengah hati. Diumumkan tujuh poin sakti—bukan mantra, tapi janji nyata. Mulai dari menciptakan ruang aman di sekolah, mendukung korban, sampai memfasilitasi pemulihan. Semua ini diharapkan bukan cuma jadi wacana, tapi juga aksi nyata. Karena kalau cuma wacana, itu mah udah biasa di negeri ini: dijanjikan bulan bintang, dikasihnya tikar sobek.
Gareng & Petruk Closing Statement: Naiklah, Bicara, Tapi Jangan Sendiri
“Rise and Speak” itu ajakan mulia. Tapi harus dibarengi dengan telinga yang siap mendengar, hukum yang berpihak, dan masyarakat yang gak nyinyir. Jangan sampai korban dipaksa diam karena takut dijudge, malah pelaku dilindungi karena status sosial atau koneksi.
Kata Gareng:
> “Jika mulut korban dibungkam, maka kekerasan akan tetap bersuara.”
Kata Petruk:
> “Kalau kita diam, siapa lagi yang mau bela mereka? Kalau bukan kita, ya siapa? Kalau bukan sekarang, ya kapan?”
Jadi, sobat semprul sekalian: mari bangkit dan bicara. Tapi jangan cuma ngomel di Twitter—berbuatlah. Karena melindungi mereka yang lemah adalah tanda negeri ini masih punya hati.
Rise. Speak. Action.
Bukan sekadar slogan. Tapi janji dan nyali!