SURABAYA, garengpetruk.com — Kalau biasanya 28 Oktober cuma dirayakan dengan upacara dan ngebacain teks Sumpah Pemuda setengah ngantuk, maka kali ini beda!
Di Kebon Kota Tropical Garden, Wiyung, semangat Sumpah Pemuda 2025 benar-benar dimasak matang bareng pelantikan Pengurus DPD Pasukan 08 Jawa Timur.
Acaranya bukan cuma meriah, tapi juga kayak hajatan nasional — lengkap sama tumpeng, bendera, dan MC yang suaranya lebih lantang dari toa masjid waktu subuh.
Dan yang paling disorot?
Ketua baru DPD Pasukan 08 Jatim: Tri Widiarko, resmi jadi nakhoda, siap membawa kapal besar bernama Pasukan 08 ini melawan gelombang zaman — atau minimal melawan sinyal WiFi yang suka hilang pas rapat Zoom.
Barisan Elit Turun Gunung (Dengan Jas dan Senyum Nasionalis)
Turut hadir langsung Ketua Umum DPP Pasukan 08, bapak Arfian D. Septiandri, S.Kom, M.BA, CCA, CCSA, CIISA, C.ED — nama jabatannya panjang banget, sampai bikin panitia sempat tambah satu lembar kertas di backdrop biar muat semua gelar.
Beliau datang bukan cuma buat gaya, tapi juga buat ngasih petir motivasi lewat pidato pamungkasnya:
” Sumpah Pemuda yang Sudah Beranjak Tua: Masihkah Kita Setia pada Tanah, Air, dan Bahasa Indonesia?”
Pidato ini sukses bikin suasana berubah dari riuh jadi hening.
Orang-orang yang tadi sibuk selfie langsung pada diem, kayak lagi disindir langsung sama sejarah.
Ada yang nyengir, ada yang merenung, ada juga yang nyari tissue — katanya kena debu, padahal matanya basah.
Arfian membuka dengan kalimat yang dalem banget:
” Ada yang menua, tapi bukan usia. Ada yang lapuk, tapi bukan kayu…”
Waduh, langsung kena di ulu hati bangsa!
Katanya, Sumpah Pemuda kini bukan lagi nyala api, tapi bara yang mulai meredup — karena banyak yang lebih cinta like daripada tanah air, lebih sayang followers daripada sesama rakyat.
Warga yang datang cuma bisa ngangguk, sambil mikir:
” Iya juga ya, Sumpah Pemuda aja mulai tua, apalagi mantan…”
Barisan Pendamping dan Penasehat yang Bikin Aman dan Anggun
Yang bikin panggung makin berkelas, hadir pula Marsekal TNI (Purn) Johanes Judiono sebagai Dewan Penasehat.
Katanya, beliau siap membimbing Pasukan 08 agar terbang tinggi — tapi tetap ingat daratan (dan bensin).
Lalu ada drg. Handari Yektiwi, M.M.Kes yang dipercaya sebagai Pembina — sosok yang kalau senyum, bisa bikin seisi ruangan adem, meski mic-nya sempat feedback.
Dan tentu, tokoh yang bikin banyak peserta nyatet nama di HP:
Deny Nartawan, S.H., M.H, Direktur Eksekutif Bantuan Hukum (Bahu Prabowo) — beliau yang siap jadi tameng hukum kalau nanti ada kader yang salah sebut pas wawancara.
Tamu Undangan, Forkopimda, dan Kesbangpol: Kompak, Tapi Tetap Formal
Hadir pula perwakilan dari Kesbangpol Jawa Timur, Partai Gerindra DPD Jatim, dan unsur Forkompinda yang tampak kalem, padahal di kursi belakang ada yang curi-curi nonton skor bola dari HP.
Tapi yang jelas, semuanya kompak tepuk tangan tiap kali kata “NKRI Harga Mati” diucap — bahkan sampai 11 kali!
Dari Pidato Jadi Renungan, Dari Renungan Jadi Ketawa
Pidato Ketua Umum yang sarat makna itu sukses bikin hadirin mikir:
apakah kita masih setia pada tanah air, atau justru lebih setia pada kuota internet?
” Bahasa Indonesia dulu dijunjung tinggi, sekarang kalah sama caption TikTok.
Tanah air dulu dijaga dengan darah, sekarang dijual dengan diskon developer,”
ucap Arfian — dan ruangan mendadak hening kayak lampu mati.
Tapi di ujung pidato, beliau menutup dengan harapan yang bikin semangat kembali naik:
” Meski renta, meski berdarah, Sumpah Pemuda belum mati.
Ia menunggu generasi yang berani membasuhnya dengan air mata kejujuran dan peluh pengabdian.”
Langsung disambut tepuk tangan gemuruh — ada yang bilang “MERDEKA!”, ada juga yang teriak “HIDUP PASUKAN 08!”, dan ada satu yang salah fokus nyaut, “HIDUP NASI KUNING!” (langsung disoraki rame-rame).
Quotes Warung Kopi Malam Itu
Setelah acara usai, di pojok parkiran sambil nunggu macet reda, terdengar obrolan khas rakyat jelata:
” Bro, tadi pidatonya dalem banget ya…”
“Iya, gue sampe mikir, ternyata yang tua bukan cuma Sumpah Pemuda, tapi juga niat kita buat berubah.”
“Waduh… minjem quotes-nya dong, buat caption IG.”
Dan seperti biasa, closing statement malam itu datang dari tukang parkir yang bijak:
” Yang penting, jangan cuma sumpah di bibir, tapi setia di parkiran. Kalau udah janji parkir sejam, ya balik sejam, jangan dua jam!”
Penutup
Pelantikan DPD Pasukan 08 Jatim ini bukan cuma ajang seremonial, tapi seperti recharge nasionalisme dengan bumbu tawa, haru, dan sarkasme khas rakyat.
Dan kalau Sumpah Pemuda memang sudah beranjak tua, biarlah Pasukan 08 jadi tongkatnya — menegakkan yang mulai rapuh, menyemangati yang mulai lelah, dan menyindir yang mulai lupa.
Karena, seperti kata Petruk sambil nyeruput kopi di teras:
” Cinta tanah air itu nggak perlu seragam. Yang penting, nggak jual tanahnya.” 🇮🇩
















