Gareng ngomong:
Hari Jumat kemarin, saya nyasar ke Masjid kampus. Bukan nyari wifi gratis, tapi kebetulan pengin ngadem. Eh, ternyata khutbahnya nendang banget, dari Dr.H.Suparno,SH,MH,MM, judulnya: “Esensi Kemuliaan Manusia.” Wah, ini sih bukan khutbah sembarangan, bro! Ini khutbah yang ngajak mikir: “Apa benar yang mulia itu cuma orang yang mobilnya Alphard dan sendalnya harus Crocs asli?”
Petruk nyamber:
Lha iya, Gareng. Kalau mulia itu cuma soal duit dan jabatan, malaikat pasti udah resign dan jadi selebgram endorse skincare.
—
1. Akal: Bedanya Manusia Sama Lemari Es
Ceramah dimulai dari akal. Katanya, manusia itu mulia karena punya akal. Tapi anehnya, makin banyak yang punya akal tapi gak dipakai. Debat di medsos lebih panas dari debat capres, tapi isinya… ya gitu-gitu aja. Yang dibela bukan kebenaran, tapi ego dan fans klub idola.
Gareng:
Akal itu anugerah, bukan pajangan. Jangan sampai akalmu cuma dipakai buat nyari diskon online, tapi lupa nyari jalan ke surga.
—
2. Kebebasan Memilih: Mau Masuk Surga atau Masuk Shopee Live?
Katanya, manusia itu mulia karena bebas memilih. Tapi sayangnya, kebebasan itu sering dipakai buat milih yang ngaco. Contohnya: milih tontonan horor tiap malam tapi takut baca Al-Qur’an sendirian.
Petruk:
Kebebasan itu keren, asal disetir sama akal sehat. Kalau bebas milih tapi nyalain AC 16 derajat trus tidur pakai kaus tipis, ya jangan salahin flu.
—
3. Tubuh: Sempurna, Tapi Kenapa Malah Insecure?
Tubuh manusia katanya ciptaan paling sempurna. Tapi sekarang, orang malah sibuk nyamain muka sama filter Instagram. Padahal Tuhan udah ciptakan kita dengan sebaik-baiknya bentuk.
Gareng:
Kalau Tuhan udah bilang kamu cakep, kenapa kamu malah percaya omongan netizen anonim?
—
4. Khalifah: Wakil Tuhan atau Wakil Developer?
Manusia itu katanya wakil Tuhan di bumi alias khalifah. Tapi yang terjadi, manusia lebih mirip wakil kontraktor kerusakan lingkungan. Gunung dirusak, laut dicemari, dan pohon ditebang buat bikin coffee shop estetik.
Petruk:
Jadi khalifah itu bukan cuma tampil di seminar lingkungan. Tapi juga buang sampah di tempatnya, dan gak nyalain klakson pas lampu baru hijau 0,001 detik.
—
5. Takwa: Bukan Jumlah Follower, Tapi Kedalaman Hati
Di akhir khutbah, sang khatib bilang: Yang paling mulia itu yang paling bertakwa. Bukan yang paling viral, bukan yang paling glowing, dan bukan juga yang paling banyak gaya saat berdoa sambil live.
Gareng:
Takwa itu gak butuh caption panjang. Cukup dengan sikap yang tenang, jujur, gak suka nyinyir, dan selalu ingat Tuhan meski sinyal hilang.
—
Penutup ala Petruk:
Saudara-saudara, khutbah tadi ngajarin kita bahwa jadi manusia mulia itu bukan soal gaya, gaji, atau gelar. Tapi soal:
✅ Akalnya dipakai,
✅ Pilihannya bijak,
✅ Tubuhnya disyukuri,
✅ Lingkungannya dijaga,
✅ Dan hatinya tunduk pada Ilahi.
Jadi, yuk jadi manusia yang mulia — tanpa harus ngutang buat beli tas branded.