Bumi Manusia? Oalah, ini bukan bumi tempat kita ngutang di warung terus lupa bayar. Ini novel. Tapi bukan sembarang novel. Ini novel yang bikin pembaca merenung, mikir, sambil garuk-garuk kepala: “Kok ya ngena banget ya?”
Bumi Manusia adalah cermin raksasa. Tapi bukan cermin yang bikin wajahmu kelihatan glowing, tapi bikin nuranimu kelihatan bolong. Ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, alias Mbah Pram, penulis yang lebih sering dilarang nulis ketimbang dapat royalti. Tapi justru dari larangan itulah lahir tulisan yang membebaskan pikiran. Ironi? Iya. Indonesia? Banget.
—
Minke: Bukan Cuma Nama, Tapi Tanda Tanya Besar
Minke ini bukan tokoh Avengers, tapi dia pahlawan intelektual kelas berat. Seorang pribumi, tapi sekolahnya kayak bule. Ia hidup di dunia yang penuh warna kolonial, tapi juga penuh warna cinta. Nah, ini yang bahaya: kadang kita lebih siap hadapi penjajah ketimbang menghadapi cinta yang beda ras, beda kelas, beda kasta, apalagi beda password Wi-Fi.
Minke jatuh cinta pada Annelies, gadis blasteran yang bikin hidupnya campur aduk. Dan dari situ, Pram nggak cuma kasih kita kisah asmara, tapi juga kisah amarah: bagaimana cinta pun bisa jadi korban politik dan hukum kolonial yang lebih sadis dari aturan jam malam komplek.
—
Kolonialisme: Dulu Bule, Sekarang Bule Berjas Lebih Halus
Melalui novel ini, Pram seperti berkata: “Hei, lihatlah… bangsa ini pernah dihancurkan bukan cuma oleh peluru, tapi oleh narasi.” Orang Jawa diajar minder jadi pribumi. Orang Indonesia diajak bangga jadi jongos. Lha kok ya sekarang, udah merdeka pun, masih banyak yang bangga belanja pakai bahasa Inggris biar dibilang keren. “Sorry, I can’t. I’m meeting client.” Padahal cuma mau ngopi di angkringan.
Kolonialisme gaya lama boleh sudah usai, tapi kolonialisme gaya baru? Masih ada. Lewat sistem. Lewat mental. Lewat konten TikTok yang lebih sering joget ketimbang mikir. Pram ngajarin kita: kalau gak bisa melawan dengan senjata, lawanlah dengan kata-kata. Tapi tolong ya, jangan pake capslock semua.
—
Annelies: Bukan Cinderella, tapi Cermin Derita
Jangan salah. Tokoh cewek di Bumi Manusia bukan pelengkap penderitaan. Annelies bukan cuma “gadis cantik yang ditindas.” Dia adalah metafora betapa perempuan sering dijadikan objek — baik oleh kolonial, patriarki, bahkan cinta. Dia ada untuk menunjukkan bahwa revolusi sejati tidak bisa cuma membebaskan laki-laki. Kalau perempuan masih terkungkung, itu bukan revolusi, itu sekadar ganti bendera.
—
Pramoedya: Menulis dari Penjara, Menggetarkan Dunia
Kita harus ingat, Pramoedya menulis novel ini bukan di café Instagramable, bukan juga di co-working space ber-AC. Tapi di Pulau Buru. Penjara. Tanpa mesin tik. Hanya dengan suara, disampaikan ke kawan-kawan tahanannya. Bayangin, bro! Kita nulis skripsi aja ngeluh terus, padahal tinggal copy-paste dari jurnal. Pram? Nulis dengan ingatan dan semangat hidup.
Maka tidak heran jika setiap kalimatnya bukan sekadar narasi, tapi darah. Bukan sekadar cerita, tapi perlawanan. Dan sampai hari ini, meski bukunya sudah diterjemahkan ke banyak bahasa, Indonesia sendiri masih suka gemeteran kalau dengar nama Pramoedya.
—
Apa Pengaruhnya ke Dunia? Banyak. Tapi ke Kita? Harusnya Lebih Banyak Lagi
Bumi Manusia telah dibaca oleh banyak orang di dunia, tapi sayangnya… di negeri sendiri, masih banyak yang lebih hapal lirik lagu “Hewan Apa yang Suka Nyanyi?” daripada kutipan Minke tentang harga diri. Novel ini seharusnya jadi bahan renungan nasional: bahwa merdeka itu bukan soal bendera naik, tapi soal pikiran yang tak lagi dijajah.
—
Penutup ala Petruk:
Bumi Manusia itu bukan novel biasa. Ini kitab perlawanan. Ini puisi panjang yang ditulis dengan air mata dan bara api. Ini pengingat, bahwa kemerdekaan bukan hadiah, tapi hasil dari mencintai dengan akal, dan berpikir dengan hati.
Kalau kamu belum baca, baca. Kalau sudah baca, baca lagi.
Dan kalau setelah baca kamu masih cuek dengan nasib bangsamu sendiri,
berarti kamu butuh satu lagi:
Novel kehidupan, judulnya: “Bangun, Woy!”
—
Gareng Petruk, tak bisa menulis sehebat Pram, tapi bisa mengganggu tidurmu dengan pertanyaan:
“Sudahkah kau merdeka hari ini, atau hanya sibuk terlihat merdeka di Instagram?”
#BumiManusia #GarengPetrukNgopiBarengPram #MerdekaTapiMalesMikir