Jember, GarengPetruk.com – Bupati Jember, Gus H. Muhammad Fawait, SE, MSc, hari ini bikin geger sekaligus ngakak berjamaah! Dalam momen pengukuhan sang istri tercinta, Ny. Gyta Eka Puspita, sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Jember, Gus Fawait mendadak ngegas—tapi dengan gaya santun khas santri millennial—melarang tegas pengurus PKK cawe-cawe ke OPD.
“Ndak boleh ibu-ibu PKK manggil kepala dinas tanpa izin saya. Kalau ada yang nekat, tolak aja! Gitu aja kok repot,” ujar Gus Fawait dengan tatapan penuh makna, seolah sedang membaca situasi politik dan isi grup WhatsApp arisan ibu-ibu sekaligus.
Sindiran Lembut Tapi Menohok
Gus Fawait seolah mengirim pesan rahasia dalam bahasa Jawa halus, tapi langsung bikin para OPD mingkem dan ibu-ibu PKK mikir dua kali sebelum pasang lipstik tebal sambil megang clipboard. “Saya ndak ingin ibu-ibu PKK jadi sosialita. Kalau mau fashion show, mending ke sawah, sambil bawa cangkul,” ucapnya sambil senyum tipis tapi penuh kode keras.
Waduh, ini sindiran atau undangan open house di kantor Bupati? Sulit dibedakan. Tapi yang jelas, Gus Fawait pengen PKK bukan sekadar “Paguyuban Koleksi Kemewahan”, tapi “Penggerak Kebaikan Kemanusiaan”.
Tas Hermes Gak Bisa Bikin Jalan Aspal, Bu
Dalam pidato yang penuh gizi moral dan vitamin logika itu, Gus Fawait juga mewanti-wanti soal penampilan. “Kalau ketemu masyarakat, jangan pakai tas yang harganya bisa buat bangun jembatan. Ibu-ibu datang ke desa, jangan sampai yang disapa malah tasnya, bukan orangnya,” katanya.
Plak!, satu tamparan realita buat yang sering nyender di sofa dinas sambil upload OOTD dengan caption #MelayaniDenganStyle.

PKK Harus Turun Langsung, Bukan Cuma Turun di Feed Instagram
Meski tegas, Gus Fawait tetap membuka ruang kerja sama antara PKK dan OPD. Asalkan sesuai koridor, bukan koridor hotel berbintang. Ia ingin pengurus PKK ikut terjun ke Puskesmas, RS, bahkan sawah dan kampung—asal jangan ke butik sebelum rapat koordinasi.
“Ibu-ibu PKK harus jadi pioner. Tapi pioner yang nyangkul, bukan yang nyalon terus,” tandasnya sambil mengingatkan bahwa PKK adalah ujung tombak pembangunan, bukan ujung dompet koleksi tas limited edition.
Ibu Adalah Madrasah Pertama, Bukan Mall Pertama
Terakhir, Gus Fawait memberi wejangan pamungkas: “Ibu itu madrasah pertama bagi anak-anaknya. Jangan sampai anaknya hafal brand tas duluan daripada hafal Pancasila.”
Weleh, dalam banget, Gus. Ini bukan cuma nasihat, tapi sentilan cinta buat seluruh ibu-ibu PKK seantero Nusantara. Sebuah pesan bahwa pengabdian lebih indah daripada kemewahan, dan catwalk paling mulia adalah jalan perjuangan di tengah masyarakat.
Jadi, ibu-ibu PKK… mau ikut lomba fashion atau lomba gotong royong?
(Gareng ngelus dada, Petruk ngelus dompet—semoga bukan dompet istri pejabat!
















